Polisi Sekat Massa di Stasiun Cikarang, Cegah Anarko Ikut Demo DPR

7 Min Read

ap – Polres Metro Bekasi bergerak dengan sigap. Mereka menerapkan penyekatan massa di Stasiun Cikarang. Lokasinya di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, pada hari Senin (22/9/2025).

Langkah ini bukanlah tanpa alasan. Penyekatan dilakukan untuk mencegah kelompok anarko. Mereka dikhawatirkan akan menyusup. Tujuannya bergabung dalam gelombang demonstrasi buruh.

Aksi unjuk rasa besar-besaran direncanakan. Lokasinya di depan gedung DPR/MPR RI. Hari itu menjadi puncak mobilisasi.

Kapolres Metro Bekasi Kombes Mustofa menjelaskan situasinya. “Mengantisipasi pergerakan massa,” katanya kepada awak media. Pernyataan ini disampaikan Senin pagi.

Antisipasi tersebut multifaset. Meliputi pergerakan dari kelompok buruh yang sah. Juga potensi keterlibatan pelajar. Dan terutama kelompok anarko yang tidak terorganisir.

Kombes Mustofa mengatakan petugas gabungan masih melakukan pengecekan intensif. Mereka ingin memastikan tidak ada celah. Semua potensi gangguan diantisipasi.

Dia menegaskan proses penyekatan berlangsung kondusif. Tidak ada insiden besar. Keamanan tetap terjaga di sekitar stasiun.

“Personel pengamanan ditempatkan secara standby,” ujar Mustofa. Mereka berjaga di titik-titik strategis. Patroli rutin juga dilaksanakan di area sekitar stasiun.

Tujuan utama adalah memastikan keamanan. Serta mencegah potensi gangguan kamtibmas. Masyarakat pengguna KRL tidak boleh terganggu.

“Upaya ini dilakukan sebagai langkah antisipasi,” imbuhnya. Perjalanan masyarakat diharapkan tetap berjalan lancar. Situasi di wilayah Kabupaten Bekasi harus stabil dan aman.

Peristiwa di Cikarang ini menggambarkan pola yang lebih luas. Ini bukan insiden yang berdiri sendiri. Melainkan bagian dari strategi pengamanan nasional.

Strategi ini diterapkan pada akhir Agustus 2025. Terutama untuk mengelola unjuk rasa di ibu kota. Fokusnya adalah gedung DPR.

Kepolisian di berbagai daerah berkoordinasi. Mereka berupaya mengendalikan arus massa. Terutama yang datang dari daerah penyangga Jakarta.

Laporan-laporan menunjukkan kesamaan pola. Polisi mencegat sejumlah pemuda di Stasiun Sudimara. Mereka dicurigai menuju demonstrasi di DPR.

Situasi di Depok juga serupa. Titik-titik blokade didirikan di sana. Stasiun-stasiun seperti Bojonggede dan UI menjadi sasaran pencegahan.

Tujuannya spesifik: mencegah pelajar bergabung. Banyak dari mereka yang masih di bawah umur. Mereka dianggap rentan terprovokasi.

Polda Metro Jaya memperluas cakupan pengamanan. Blokade didirikan di perbatasan Jakarta. Ini untuk menghentikan rombongan yang datang dari luar.

Dalam satu operasi, sekitar 120 pelajar diamankan. Mereka diduga hendak ikut serta. Upaya pencegahan ini bersifat proaktif.

Aksi unjuk rasa pada 25 Agustus 2025 memang sempat memanas. Terjadi bentrokan di beberapa titik. Pelajar dan anarko dilaporkan ditangkap.

Suasana ketegangan sempat menyelimuti. Puncaknya pada 29 Agustus 2025. Demo buruh berubah menjadi kekacauan.

Bentrokan antara demonstran dan polisi tak terhindarkan. Bahkan, layanan KRL di dekat Stasiun Palmerah ikut terdampak. Ini menunjukkan dampak luas dari demo.

Insiden di Cikarang menggarisbawahi urgensi ini. Pentingnya pencegahan menjadi prioritas. Terutama untuk menjaga ketertiban umum.

Hak menyampaikan pendapat dijamin. Namun, keamanan dan ketertiban juga harus ditegakkan. Inilah dilema yang harus diatasi aparat.

Sementara itu, di kubu buruh, persiapan aksi sangat terstruktur. Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) Andi Gani Nena Wea menjadi juru bicara.

Ia memperkirakan 10 ribu buruh akan ikut serta. Jumlah ini masif. Ini menunjukkan kekuatan mobilisasi buruh yang signifikan.

Rencana aksi besar ini dijaga kerahasiaannya. Hanya diketahui di internal dua konfederasi besar. Ini adalah langkah strategis.

Tujuannya adalah mencegah penyusupan. “Agar tidak ada pihak-pihak tidak bertanggung jawab,” kata Andi Gani dalam keterangannya. Ia tidak ingin aksinya ditunggangi.

Lima tuntutan utama digaungkan. Tuntutan ini merefleksikan aspirasi luas pekerja. Mereka berharap ada perubahan kebijakan yang mendasar.

Pertama, buruh mendukung Polri menegakkan hukum. Ini menunjukkan kepercayaan mereka. Serta keinginan akan keadilan yang sejati.

Kedua, mereka mendorong pengesahan RUU Ketenagakerjaan. Ini merupakan payung hukum penting. Diharapkan memberikan perlindungan lebih baik.

Ketiga, penolakan tegas terhadap kebijakan upah murah. Buruh menuntut upah yang layak. Upah yang bisa menopang kehidupan sejahtera.

Keempat, penghapusan sistem outsourcing. Sistem ini dianggap eksploitatif. Buruh menginginkan pekerjaan tetap dan kepastian.

Kelima, penegakan supremasi sipil. Ini tentang hak-hak dasar warga negara. Buruh ingin masyarakat sipil yang kuat dan dihormati.

Andi Gani juga menekankan dukungannya terhadap Polri. Ia menginginkan Polri yang “semakin profesional, transparan.” Serta mendengarkan aspirasi masyarakat.

Ia menolak reformasi kepolisian disusupi kepentingan. Institusi keamanan harus netral. Tidak boleh ada agenda tersembunyi.

“Karena soal pimpinan Polri merupakan hak prerogatif presiden,” ujarnya. Hak ini tidak boleh diintervensi oleh siapa pun. Ini adalah penekanan yang jelas dari buruh.

Presiden KSPI Said Iqbal menambahkan. KSPSI dan KSPI secara umum mendukung Pemerintahan Prabowo Subianto. Dukungan ini bukan tanpa syarat.

Mereka mendukung Prabowo untuk terus melaksanakan program-program. Terutama yang berpihak kepada rakyat Indonesia. Ini adalah visi bersama.

Said Iqbal juga menyampaikan kabar baik. Pimpinan DPR akan menerima delegasi buruh. Pertemuan ini dijadwalkan hari ini.

Ini membuka pintu dialog. Aspirasi buruh akan disampaikan langsung. Diharapkan ada titik temu dari tuntutan mereka.

Situasi di Cikarang hanyalah sekelumit kisah. Ini adalah cerminan dari dinamika sosial dan politik yang kompleks. Khususnya terkait kebebasan berpendapat dan ketertiban.

Peran aktif kepolisian dalam menjaga keamanan sangat vital. Namun, di sisi lain, suara buruh juga harus didengar. Keseimbangan ini menjadi tantangan.

Gerakan buruh menunjukkan kekuatan dan organisasinya. Dengan tuntutan yang jelas dan komunikasi yang terstruktur. Mereka berupaya mengubah nasib.

Aksi-aksi seperti ini seringkali menjadi barometer. Mengukur sejauh mana pemerintah responsif. Terhadap kebutuhan dan aspirasi rakyatnya.

Bagaimana kelanjutan dialog antara buruh dan DPR? Akankah tuntutan mereka dipenuhi? Semua mata tertuju pada peristiwa hari ini.

Keseimbangan antara hak berpendapat dan menjaga ketertiban umum akan terus diuji. Peristiwa di Cikarang menjadi pengingat. Bahwa setiap aksi memiliki konteks yang lebih luas.

Share This Article