Italia Tidak Boikot Laga Kualifikasi Piala Dunia Kontra Israel: Keputusan Gravina Demi Ambisi Gli Azzurri

7 Min Read

ap – Federasi Sepak Bola Italia (FIGC) telah mengambil sikap tegas. Presiden Gabriele Gravina memastikan Timnas Italia tidak akan memboikot laga kualifikasi Piala Dunia 2026 melawan Israel. Keputusan ini datang di tengah seruan boikot yang semakin nyaring.

Gravina menegaskan, langkah boikot justru akan merugikan Gli Azzurri. Ia memperingatkan konsekuensi serius bagi ambisi Italia. Masa depan tim di turnamen akbar itu menjadi taruhan.

“Akan menjadi kesalahan besar jika berpikir kita bisa memboikot pertandingan melawan Israel,” ujar Gravina. Pernyataan itu ia sampaikan dalam acara Premio Prisco di Chieti. Dikutip Football Italia, Selasa (23/9), Gravina sangat jelas.

Ia menjelaskan dampak langsung dari boikot. “Kita akan dianggap kalah,” katanya. Kekalahan ini berarti hilangnya peluang krusial untuk melaju ke Piala Dunia. Ini adalah risiko yang tidak bisa diambil.

Lebih jauh, Gravina menyoroti keuntungan bagi lawan. “Hasilnya akan menguntungkan Israel,” jelasnya. Secara teoritis, hasil itu bisa memperbesar peluang Israel di jalur kualifikasi. Italia tidak ingin memberi keuntungan gratis.

Gravina juga menekankan pentingnya memisahkan politik dan olahraga. Ia percaya bahwa isu politik tidak seharusnya membebani dunia sepak bola. Lapangan hijau harus tetap menjadi arena sportif.

“Ada tanggung jawab politik, yang tentu saja tidak boleh dibebankan kepada dunia olahraga,” tegas Gravina. Ia membedakan dua ranah tersebut. Dunia olahraga memiliki tugas dan peran yang berbeda.

Sepak bola, menurutnya, telah melakukan hal positif. Gravina mencontohkan inisiatif Yayasan UEFA. Proyek ini bertujuan membantu anak-anak yang membutuhkan. Ini adalah sisi kemanusiaan dari olahraga.

Di balik keputusan FIGC, gelombang seruan boikot semakin meluas. Menjelang laga pada 14 Oktober mendatang, tekanan publik terasa kuat. Sentimen ini muncul dari berbagai kalangan masyarakat Italia.

Pemicu seruan boikot adalah serangan Israel ke Palestina. Konflik dua tahun terakhir menelan banyak korban jiwa. Perempuan dan anak-anak termasuk di antara mereka yang terdampak. Tragedi ini menyentuh hati banyak orang.

Namun, situasinya berbeda dengan Rusia. Israel hingga kini tidak menerima sanksi dari UEFA maupun FIFA. Federasi-federasi sepak bola dunia tetap mengizinkan Israel berkompetisi. Hal ini menjadi kunci keputusan FIGC.

Kondisi ini menyudutkan FIGC. Federasi tidak memiliki banyak pilihan strategis. Mereka harus mematuhi aturan badan sepak bola internasional. Risiko sanksi menjadi terlalu besar untuk diabaikan.

Terlebih lagi, Timnas Italia memiliki catatan kelam. Mereka sudah dua kali absen beruntun di Piala Dunia. Ini adalah rekor yang sangat memalukan bagi negara sepak bola. Tekanan untuk lolos sangat tinggi.

FIGC tidak ingin mengambil risiko tambahan. Kehilangan poin gratis dari laga melawan Israel sangat dihindari. Setiap angka sangat berharga dalam perjalanan kualifikasi yang ketat ini. Italia ingin menebus kegagalan masa lalu.

Italia dan Israel sebelumnya sudah bertemu. Laga berlangsung di tempat netral pada 8 September lalu. Gli Azzurri berhasil memenangkan pertandingan tersebut. Skor akhir menunjukkan Italia unggul 5-4.

Saat ini, Italia menempati posisi kedua Grup I. Mereka mengoleksi sembilan poin dari empat laga. Posisi ini menempatkan mereka enam angka di belakang Norwegia. Norwegia kokoh di puncak klasemen sementara.

Jalur kualifikasi Piala Dunia 2026 sangat jelas. Hanya juara grup yang berhak lolos otomatis. Ini adalah target utama Italia. Mereka harus berjuang keras untuk meraih posisi puncak.

Sementara itu, peringkat kedua harus melalui babak playoff. Ini adalah jalur yang lebih berisiko dan melelahkan. Italia tentu ingin menghindari skenario ini. Mereka tidak ingin mengulang drama pahit playoff.

Dengan keputusan Gravina ini, fokus kini beralih ke lapangan. Italia harus menghadapi Israel sesuai jadwal. Mereka akan berjuang keras demi poin penuh. Mimpi Piala Dunia 2026 ada di tangan mereka.

Meskipun demikian, seruan dan perdebatan politik mungkin tidak akan surut. Dunia sepak bola sering kali menjadi cerminan isu-isu global. Namun, FIGC memilih untuk memprioritaskan kepentingan olahraga.

Keputusan untuk tidak memboikot adalah langkah strategis. Ini melindungi peluang Italia di turnamen. Ini juga menjaga integritas kompetisi. Sebuah pilihan sulit di tengah tekanan yang masif.

Para pemain kini juga berada di bawah sorotan. Mereka harus bisa mengatasi tekanan di luar lapangan. Konsentrasi penuh pada pertandingan sangat dibutuhkan. Timnas harus profesional di setiap situasi.

Gravina, sebagai pemimpin FIGC, menunjukkan ketegasannya. Ia mengambil keputusan berdasarkan regulasi dan kepentingan tim. Ini adalah bentuk kepemimpinan yang berani. Ia menjaga arah sepak bola Italia.

Regulasi FIFA dan UEFA menjadi panduan utama. FIGC harus patuh pada aturan ini. Melanggar aturan bisa berakibat fatal. Italia tidak ingin menghadapi sanksi lebih lanjut.

Meski demikian, dilema etika tetap ada. Publik meminta sikap moral yang kuat. Namun, FIGC harus menimbang konsekuensi praktis. Ini adalah garis tipis yang harus diseimbangkan.

Menjaga keseimbangan antara aspirasi politik dan kebutuhan olahraga sungguh sulit. Gravina berusaha mencari jalan tengah. Ia melindungi tim sambil tetap mengakui adanya isu-isu di luar lapangan.

Pada akhirnya, bagi FIGC, fokus harus tetap pada sepak bola. Tujuan utama adalah mengembalikan Italia ke panggung Piala Dunia. Ini adalah janji yang harus mereka tunaikan kepada penggemar.

Semua mata kini tertuju pada 14 Oktober. Pertandingan melawan Israel akan menjadi krusial. Ini bukan hanya tentang tiga poin. Ini tentang kehormatan dan harapan seluruh bangsa Italia.

Beratnya sejarah sepak bola Italia begitu terasa. Dua kegagalan beruntun adalah aib. Piala Dunia 2026 adalah kesempatan untuk bangkit. Tidak ada ruang untuk kesalahan lagi.

Dalam situasi ini, persatuan sangat penting. Tim, federasi, dan penggemar harus bersatu. Mendukung Gli Azzurri adalah prioritas. Untuk membawa kembali kejayaan Italia.

Laga ini mungkin akan menjadi lebih dari sekadar skor. Ini adalah pernyataan tentang arah sepak bola Italia. Sebuah keputusan yang diambil di tengah badai kontroversi. Demi masa depan yang lebih cerah.

Share This Article