SHANGHAI – Sejarah baru terukir di dunia tenis pada Minggu (12/10/2025) malam di Qizhong Forest Sports City Arena, Shanghai, Tiongkok, saat Valentin Vacherot, petenis peringkat 204 dunia dari Monako, menyelesaikan perjalanan bak dongengnya dengan meraih gelar ATP Masters 1000 perdananya. Dalam final yang penuh emosi dan unik, Vacherot berhasil mengalahkan sepupunya sendiri, Arthur Rinderknech dari Prancis, dalam tiga set yang mendebarkan, 4-6, 6-3, 6-3.
Kemenangan ini menjadikan Vacherot sebagai juara Masters 1000 dengan peringkat terendah dalam sejarah ATP, sebuah pencapaian luar biasa yang mengejutkan banyak pihak. Lebih dari sekadar statistik, ini adalah kisah persaudaraan, ketekunan, dan impian yang menjadi kenyataan di panggung tenis terbesar.
Perjalanan Luar Biasa Sang Juara
Valentin Vacherot memasuki turnamen Rolex Shanghai Masters sebagai pemain pengganti dan harus berjuang melalui babak kualifikasi. Sedikit yang menduga bahwa dua minggu berikutnya akan mengubah hidupnya. Vacherot menunjukkan performa yang semakin membaik di setiap pertandingan, mengalahkan sejumlah nama besar dalam perjalanannya menuju final. Puncaknya terjadi di semifinal, di mana ia secara mengejutkan menumbangkan juara Grand Slam 24 kali, Novak Djokovic, dalam pertandingan yang akan dikenang sepanjang masa.
Di sisi lain, Arthur Rinderknech, sepupu Vacherot yang berusia 30 tahun dan menempati peringkat 54 dunia, juga menikmati turnamen yang luar biasa. Rinderknech berhasil menyingkirkan para pemain top termasuk unggulan ketiga Alexander Zverev di babak ketiga, Felix Auger-Aliassime di perempat final, dan juara US Open 2021 Daniil Medvedev di semifinal. Keberhasilan kedua sepupu ini mencapai final Masters 1000 adalah yang pertama kalinya dalam sejarah tenis, menciptakan narasi yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Final Keluarga yang Penuh Drama
Pertandingan final antara Vacherot dan Rinderknech bukanlah sekadar perebutan gelar, melainkan sebuah reuni emosional dua individu yang tumbuh bersama di dalam dan di luar lapangan tenis. Mereka pernah bermain bersama di tim tenis kampus Texas A&M University pada tahun 2018, dan bahkan Rinderknech lah yang mendorong Vacherot untuk bergabung dengan tim tersebut sebelum beralih ke jalur profesional.
Dalam pertandingan tersebut, Rinderknech tampil solid di set pertama, memanfaatkna keunggulan servisnya yang mengesankan untuk memimpin 4-6. Namun, Vacherot tidak menyerah. Di set kedua, ia mulai menemukan ritme permainannya, mematahkan servis Rinderknech dan menyamakan kedudukan. Momentum sepenuhnya berpihak pada Vacherot di set penentu. Ia berhasil mematahkan servis Rinderknech lebih awal dan membangun keunggulan.
Meskipun Rinderknech berjuang keras dan memerlukan perawatan medis karena cedera punggung di tengah set ketiga, yang merupakan dampak dari kondisi cuaca panas dan kelembaban ekstrem di Shanghai sepanjang turnamen, Vacherot tetap fokus. Ia menunjukkan ‘masterclass’ servis di set ketiga, dengan tiga kali memenangkan gim servis tanpa kehilangan poin dan memenangkan 15 poin berturut-turut. Kemenangan akhirnya dipastikan Vacherot melalui pukulan forehand winner yang keras menyusuri garis lapangan.
Emosi dan Pengakuan
Setelah pukulan kemenangan, kedua sepupu itu berbagi pelukan hangat di jaring, sebuah pemandangan yang menyentuh hati para penonton, termasuk legenda tenis Roger Federer yang turut menyaksikan langsung dari tribun. Air mata kebahagiaan dan kebanggaan terlihat jelas di wajah keduanya saat pidato pasca-pertandingan.
“Ini tidak nyata, ini gila,” ujar Vacherot setelah kemenangannya. “Harus ada satu yang kalah, tapi saya pikir hari ini ada dua pemenang. Satu keluarga yang menang, dan saya pikir untuk olahraga tenis, ceritanya luar biasa.” Ia juga menulis pesan manis di lensa kamera, \
