ap – PT Alamtri Resources Indonesia Tbk, yang dahulu dikenal sebagai Adaro Energy Indonesia (ADRO), kini menjadi sorotan. Perusahaan ini berganti nama setelah spin-off anak usahanya, PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI), yang bergerak di sektor batu bara.
ADRO kini fokus pada sektor energi, khususnya pertambangan batu bara metalurgi, pengolahan, dan pengembangan energi baru terbarukan melalui berbagai anak perusahaan. Jauh sebelum itu, ADRO sudah beroperasi sejak tahun 1970-an.
Sosok penting di balik ADRO adalah Garibaldi Thohir dan Edwin Soeryadjaya. Pada masa awal, pemerintah membagi Kaltim dan Kalsel menjadi delapan blok batu bara. Perusahaan asal Spanyol, Enadimsa, mengajukan tawaran untuk blok 8 di Tabalong, yang sebelumnya kurang diminati karena lokasinya yang terpencil dan kualitas batu bara yang rendah.
Enadimsa kemudian mendirikan Adaro Indonesia untuk mengelola tambang batu bara di Tabalong dan berproduksi dari tahun 1983 hingga 1989. Pada periode yang sama, konsorsium Australia dan Indonesia membeli 80 persen saham Adaro dari Enadimsa.
Namun, ada kabar terbaru terkait ADRO di pasar modal. Saham ADRO terdepak dari Indeks MSCI Global Standard dan dipindahkan ke kategori MSCI Small Cap Indexes. Peristiwa ini merupakan bagian dari rebalancing indeks MSCI yang diumumkan sekitar Agustus 2025. Perubahan ini umumnya terjadi karena rebalancing berkala yang dilakukan MSCI berdasarkan kriteria seperti kapitalisasi pasar dan likuiditas.
