Rano Karno Usulkan Jalan Bertingkat Atasi Macet Jakarta

5 Min Read

ap – Wakil Gubernur DKI Jakarta Rano Karno menyampaikan gagasan ambisius. Ia mengusulkan pembangunan jalan bertingkat sebagai solusi. Langkah ini diharapkan mampu mengatasi kemacetan parah. Kondisi lalu lintas Ibu Kota kian memprihatinkan.

Inspirasi utama datang dari Bangkok, Thailand. Kota tersebut telah berhasil. Mereka menerapkan sistem jalan bertingkat serupa. Kemacetan kronis di sana terurai efektif.

Bangkok mengadopsi konsep “triple deck” atau susun tiga. Ini memungkinkan peningkatan kapasitas jalan. Ruas-ruas jalan tambahan menjadi tersedia. Arus kendaraan dapat mengalir lebih lancar.

Jika diterapkan, Rano menyebutnya “revolusi luar biasa.” Pembangunan ini akan mengubah wajah Jakarta. Namun, dampak awalnya diprediksi sangat signifikan. Ini adalah proyek infrastruktur raksasa.

Konsekuensi langsungnya adalah kemacetan. Seluruh akses jalan utama berpotensi “stuck” total. Tahap konstruksi akan sangat mengganggu. Kesabaran warga diuji.

Pengalaman Bangkok menjadi cermin. Mereka memerlukan waktu hampir empat tahun. Proses tersebut hanya untuk menyelesaikan pembangunan jalan bertingkat. Sebuah durasi yang tidak singkat.

Jakarta kini menghadapi dilema ruang. Luas wilayah kota tidak lagi memadai. Ini sangat kontras dengan pesatnya pertumbuhan kendaraan. Kesenjangan ini terus melebar.

Rano Karno secara spesifik menunjuk area Monas. Ia melihat kawasan ini sangat mendesak. Monas membutuhkan penambahan kapasitas jalan. Jalan bertingkat menjadi opsi paling realistis.

“Mustinya sekitar Monas ini sudah upper deck,” ujarnya. Bukan sekadar dua atau tiga tingkatan jalan. Visi ini menunjukkan ambisi besar. Solusi harus berskala besar.

Namun, gagasan ini bukan solusi cepat. Rano Karno menegaskan bahwa ini “program kerja panjang.” Pembangunan infrastruktur memerlukan kajian mendalam. Pelaksanaannya butuh bertahun-tahun.

“Bukan kerja yang cepat,” katanya. Pemerintah Provinsi DKI memahami betul. Ini bukan proyek yang bisa diselesaikan dalam hitungan bulan. Komitmen jangka panjang sangat diperlukan.

Kemacetan di Jakarta kini berdampak serius. Kerugian ekonomi mencapai Rp 100 triliun per tahun. Angka fantastis ini merugikan banyak sektor. Penanganan harus segera dilakukan.

Ketimpangan jumlah kendaraan dan jalan sangat mencolok. Pertumbuhan kendaraan mencapai 2,70 persen. Sementara penambahan ruas jalan hanya 0,01 persen. Ini adalah akar masalah utama.

Kondisi ini menciptakan tekanan luar biasa. Jalan-jalan Jakarta selalu penuh. Kapasitas yang ada jauh di bawah kebutuhan. Inovasi mendesak untuk mengatasi ini.

Selain jalan bertingkat, Pemprov juga bergerak. Jalur Transjabodetabek baru telah dibuka. Ini bagian dari upaya mengurangi ketergantungan pada kendaraan pribadi.

Program Transjabodetabek diharapkan meringankan beban jalan. Masyarakat memiliki alternatif transportasi publik. Meskipun demikian, dampaknya belum maksimal. Masalah kemacetan masih masif.

Rano Karno menekankan kolaborasi. Masalah macet Jakarta terlalu besar. Tidak bisa diatasi oleh satu pihak saja. Sinergi lintas sektoral sangat dibutuhkan.

“Kita tidak bisa nge-blame siapa yang salah,” ujarnya. Ini adalah realitas yang harus diterima. Fokus harus pada solusi, bukan pencarian kesalahan. Pendekatan konstruktif diperlukan.

Gubernur mengajak berbagai pihak terlibat. Polri dan TNI menjadi mitra strategis. Mereka memiliki peran penting dalam penegakan lalu lintas.

Stakeholder lain juga diharapkan berpartisipasi. Termasuk pimpinan daerah di sekitar Jakarta. Penanganan macet memerlukan koordinasi lintas batas administrasi.

Pembangunan jalan bertingkat bukan hanya soal konstruksi. Diperlukan kajian lingkungan, sosial, dan ekonomi mendalam. Jangan sampai proyek ini menimbulkan masalah baru.

Aspek pendanaan juga krusial. Proyek skala ini akan menelan biaya fantastis. Perlu skema pembiayaan inovatif. Keterlibatan swasta mungkin dibutuhkan.

Warga Jakarta harus memahami dampaknya. Proses pembebasan lahan mungkin terjadi. Lingkungan sekitar pembangunan juga akan terpengaruh. Komunikasi publik harus transparan.

Visi Rano Karno mencerminkan urgensi. Jakarta membutuhkan solusi berani dan jangka panjang. Tanpa itu, kemacetan akan terus melumpuhkan. Kota ini berisiko kehilangan daya saing.

Oleh karena itu, perencanaan komprehensif mutlak. Jalan bertingkat harus terintegrasi. Dengan sistem transportasi publik yang mapan. Ini demi menciptakan mobilitas yang efisien.

Gagasan ini adalah langkah awal. Sebuah upaya serius untuk masa depan Jakarta. Masa depan yang lebih baik, bebas dari kemacetan parah. Harapan itu kini berada di pundak kolaborasi.

Ini bukan sekadar pembangunan jalan. Ini adalah revolusi transportasi. Jakarta butuh perubahan fundamental. Jalan bertingkat bisa menjadi salah satu kuncinya.

Urgensi tindakan sudah sangat tinggi. Kerugian terus bertambah. Kualitas hidup warga menurun. Solusi berani dan terencana harus segera dieksekusi.

Tantangan memang besar. Namun, kemacetan Jakarta memerlukan solusi setara. Wacana jalan bertingkat membuka diskusi penting. Ini tentang masa depan mobilitas Ibu Kota.

Dengan kolaborasi dan visi yang jelas. Harapan untuk Jakarta yang lebih baik tetap ada. Optimisme ini harus terus dipupuk. Demi kota yang lebih layak huni.

Share This Article