Geruduk Ibu Kota, Aliansi Gebrak Serukan Perubahan Mendesak

5 Min Read

ap – Ratusan massa Aliansi Gerakan Buruh Bersama Rakyat (Gebrak) membanjiri Jakarta. Mereka menggelar demonstrasi besar di Jalan Medan Merdeka Selatan. Aksi ini berlangsung pada Kamis, 4 September. Mereka menyuarakan tuntutan fundamental yang mendesak.

Massa tidak langsung berkumpul di lokasi. Mereka memulai long march dari Gedung ILO, Jalan MH Thamrin. Langkah kaki serentak menuju pusat ibu kota. Tujuannya satu: agar suara mereka didengar pemerintah.

Sepanjang perjalanan, poster dan spanduk diusung tinggi. Pesan tajam mencerminkan frustrasi mendalam. “Hapus outsourcing, bentuk Satgas PHK” adalah salah satunya. Seruan “Miskinkan koruptor” juga mendominasi.

Sebuah boneka tikus berukuran besar menarik perhatian. Boneka itu memakai dasi, perutnya membuncit tak wajar. Visual ini menjadi simbol kuat. Ia menyampaikan pesan tanpa perlu banyak kata.

Unang Sunarno, Ketua Umum KASBI, menjelaskan makna patung. “Ini simbol pejabat pemakan uang rakyat,” tegasnya. KASBI adalah bagian dari Aliansi Gebrak. Mereka bersatu menyuarakan aspirasi.

Sunarno menambahkan, “Korupsi terjadi dari rezim ke rezim.” Ia berharap boneka tikus ini jadi pengingat. Para koruptor harus ditangkap dan diadili. Pesan ini menggarisbawahi kegeraman terhadap praktik kotor.

Demonstrasi berimbas pada lalu lintas. Jalan Medan Merdeka Selatan ditutup total. Kendaraan dari arah Medan Merdeka Barat tidak bisa berbelok. Ini menunjukkan skala aksi massa yang signifikan.

Gebrak mengajukan lima tuntutan prioritas. Tuntutan ini mencakup hak asasi, keadilan ekonomi, dan reformasi birokrasi. Mereka mendesak pemerintah serius menanggapi setiap poin.

Tuntutan pertama: hentikan brutalitas aparat. Juga, akhiri praktik militerisme terhadap rakyat. Sunarno lantang bersuara, “Stop penembakan dan penyiksaan.” Ia juga minta “tarik pasukan bersenjata dari ruang publik.”

Tuntutan ini lahir dari keprihatinan mendalam. Gebrak melihat pola penggunaan kekuatan berlebihan aparat. Ruang publik harus bebas intimidasi militeristik. Keamanan harus datang dari perlindungan.

Kedua: bebaskan tanpa syarat peserta aksi. Bebaskan juga aktivis demokrasi yang ditangkap. Hentikan kriminalisasi terhadap gerakan rakyat. Ini inti perjuangan kebebasan berpendapat.

Banyak aktivis jadi korban penangkapan sewenang-wenang. Hukum sering jadi alat pembungkam kritik. Gebrak menegaskan, hak bersuara fundamental. Kriminalisasi hanya hambat demokrasi.

Ketiga: usut tuntas pembunuhan dan penghilangan paksa. Gebrak minta pembentukan tim independen. Tim ini harus mengungkap 10 korban meninggal dan hilang. Nasib mereka masih misterius.

Pelaku dan komandan yang bertanggung jawab harus diadili. Keadilan harus ditegakkan tanpa pandang bulu. Impunitas adalah musuh utama HAM. Masyarakat menanti akuntabilitas penuh.

Keempat: cabut kebijakan anti-rakyat dan pajak mencekik. Batalkan kenaikan tarif pajak yang membebani. Rakyat miskin dan menengah makin tercekik. Beban ekonomi terus meningkat.

Aliansi juga minta penghapusan UU Cipta Kerja. Juga KUHP baru, UU Minerba, dan Proyek Strategis Nasional. Kebijakan ini dianggap hanya untungkan segelintir pihak. Rakyat merasakan dampak negatifnya.

UU Cipta Kerja mereduksi hak-hak buruh. Aturan baru mempersulit upah layak dan jaminan kerja. Ini menciptakan ketidakpastian ekonomi. Ribuan keluarga pekerja terdampak.

KUHP baru dikhawatirkan bungkam kebebasan berekspresi. Beberapa pasal dianggap ambigu. Berpotensi jadi alat kriminalisasi. Kritik terhadap pemerintah makin sulit disuarakan.

UU Minerba menguntungkan korporasi besar. Masyarakat lokal sering dirugikan. Dampak lingkungan dan sosial diabaikan. Proyek Strategis Nasional sering picu penggusuran. Konflik tanah tak terselesaikan adil.

Kelima: potong anggaran pejabat dan Polri. Anggaran berlebihan harus dialihkan untuk rakyat. Ini seruan prioritas belanja negara. Harus lebih berpihak pada masyarakat.

“Hentikan kemewahan pejabat dan pembengkakan dana kepolisian,” kata Sunarno. Dana dialihkan untuk sektor vital. Pendidikan, kesehatan, pangan murah, upah layak. Itu prioritas utama.

Pendidikan berkualitas masih sulit dijangkau. Pelayanan kesehatan sering kurang memadai. Harga pangan melambung tinggi mencekik. Upah layak jauh dari kenyataan banyak buruh.

Demonstrasi ini bukan luapan emosi sesaat. Ini akumulasi kekecewaan dan harapan rakyat. Gebrak menyuarakan ketidakpuasan terhadap sistem. Mereka ingin pemerintah pro-rakyat, bukan pro-oligarki.

Gerakan ini ingatkan kekuatan rakyat. Rakyat adalah pilar demokrasi. Tekanan jalanan sering jadi katalisator perubahan. Pemerintah tak boleh tutup mata dan telinga.

Dialog konstruktif dan tindakan nyata jadi kunci. Ini penting untuk meredakan ketegangan. Massa bubar setelah sampaikan aspirasi.

Namun, semangat perjuangan tetap membara. Aliansi Gebrak akan terus mengawal tuntutan. Mereka siap kembali ke jalan. Jika suara rakyat tak didengar, janji tak dipenuhi.

Share This Article