ap – Udara di Estadio Monumental, Buenos Aires, terasa berbeda. Ada getaran antisipasi yang bercampur dengan nostalgia mendalam. Malam itu, sorotan kamera akan lebih sering mengarah pada satu sosok.
Lionel Messi, sang maestro sepak bola, bersiap menghadapi Venezuela. Laga kualifikasi Piala Dunia 2026 ini bukan sekadar pertandingan biasa. Potensinya sebagai laga terakhir Messi di kandang sendiri sangat besar.
Dunia sepak bola menahan napas. Pertanyaan besar menggantung di udara: Akankah ini benar-benar salam perpisahan? Atau hanya satu babak dari kisah panjangnya?
Sang kapten Albiceleste itu sendiri mengaku belum tahu persis apa yang akan terjadi nanti. Ia tidak bisa memastikan langkah selanjutnya setelah peluit akhir berbunyi. Masa depan bersama tim nasional Argentina masih diselimuti teka-teki.
“Saya belum tahu apa yang akan terjadi setelahnya,” ujar Messi jujur. Kata-kata itu mengisyaratkan sebuah persimpangan jalan bagi karier internasionalnya. Keputusannya akan mengubah dinamika tim.
Namun, ada satu hal yang ia pastikan: keluarganya akan hadir di tribun. Sebuah dukungan penuh di tengah sorotan global. Momen ini tak ingin dilewatkan mereka.
Istrinya, anak-anaknya, orang tuanya, dan saudara-saudaranya. Mereka semua akan berbagi momen. Menjadi saksi langsung dari panggung karier Messi yang mungkin terakhir di Argentina.
Keharuan tidak hanya milik Messi. Pelatih Lionel Scaloni bahkan tak kuasa menahan air mata. Konferensi pers jelang laga berubah menjadi ajang refleksi mendalam.
Scaloni menyebut pertandingan kontra Venezuela akan menjadi duel yang sangat emosional. Ia menambahkan, ini akan menjadi laga yang “spesial dan indah.” Kata-katanya menyiratkan beban dan rasa bangga.
Mengapa begitu spesial? Ini adalah partai kualifikasi terakhir Argentina yang sudah memastikan tiket ke Piala Dunia 2026. Tekanan hasil sudah tidak ada, menyisakan ruang untuk sentimentil.
“Messi berhak menentukan kapan dia berhenti,” tegas Scaloni. Sebuah pernyataan yang penuh respek dan pengertian. Tidak ada paksaan, hanya dukungan tanpa batas.
Sang pelatih berjanji, “Dari kami, dukungan akan selalu ada.” Sebuah jaminan yang menenangkan. Menggarisbawahi ikatan kuat antara pelatih dan pemain bintangnya.
Scaloni bahkan melontarkan janji besar. “Kalau pun ini laga terakhirnya di Argentina,” ujarnya. “Kami akan pastikan ada pertandingan khusus untuk menghormatinya di momen yang tepat.”
Janji tersebut bukan sekadar kata-kata. Ini adalah pengakuan atas kontribusi luar biasa Messi. Sebuah bentuk apresiasi tertinggi dari federasi dan rakyat Argentina.
Akan ada momen istimewa untuk sang legenda. Sebuah panggung untuk mengucapkan terima kasih. Apapun yang terjadi setelah laga ini, Messi akan selalu dihormati.
Messi sendiri mengungkapkan perasaannya. “Saya tidak tahu apakah masih ada uji coba atau pertandingan lain setelah Venezuela,” katanya. Sebuah kejujuran yang menyentuh hati jutaan penggemar.
Namun, ia kembali menegaskan, “tapi ini akan jadi laga yang sangat spesial.” Keistimewaan itu bukan hanya karena potensi perpisahan. Tapi juga karena kehadiran orang-orang tercinta.
“Karena itu, keluarga saya akan hadir: istri, anak-anak, orang tua, dan saudara.” Kalimat ini mengukuhkan prioritasnya. Sepak bola adalah gairah, tapi keluarga adalah segalanya.
“Kami akan menikmatinya bersama,” tambahnya. Sebuah niat tulus untuk merayakan momen. Di tengah hiruk pikuk stadion, ia ingin berbagi kebahagiaan dengan orang-orang terdekat.
Laga ini bukan hanya tentang skor akhir. Ini tentang kenangan yang terukir. Tentang cinta yang tak terbatas antara seorang pemain, timnya, dan keluarganya.
Sepanjang kariernya bersama timnas, Messi telah menjadi fenomena. Ia telah mencetak 112 gol. Jumlah yang luar biasa dalam 193 penampilan untuk Argentina.
Angka-angka ini bukan sekadar statistik. Ini adalah bukti dominasi dan konsistensinya. Setiap gol adalah cerita, setiap penampilan adalah sejarah yang ia ukir.
Namun, jalan Messi di timnas tidak selalu berhias bunga. Ia pernah merasakan kepedihan mendalam. Terutama setelah final Copa America 2016 yang berakhir tragis.
Kekalahan itu memicu keputusannya untuk mundur sejenak dari timnas. Sebuah keputusan yang mengejutkan dunia. Fans dan rekan setimnya terkejut dan sedih kala itu.
Namun, panggilan negaranya terlalu kuat. Hati nuraninya memanggil untuk terus berjuang. Ia kembali, dengan semangat baru, membela kembali Albiceleste.
Sebuah comeback yang dinanti-nanti. Keputusannya itu terbukti tepat. Jalan menuju puncak akhirnya terbuka lebar. Takdir seolah menunggu untuk diwujudkan.
Momen puncaknya tiba di Piala Dunia 2022. Di tanah Qatar, Messi memimpin pasukannya. Sebuah perjalanan epik menuju kejayaan yang mendebarkan hati setiap penggemar.
Argentina akhirnya juara dunia. Mengalahkan Prancis dalam final mendebarkan. Adu penalti menjadi penentu, dan Messi adalah bintang utamanya yang bersinar terang.
Kemenangan itu bukan sekadar trofi. Itu adalah pemenuhan mimpi seumur hidup. Sebuah penebusan atas semua perjuangan dan kekecewaan yang telah ia alami sebelumnya.
Gelar tersebut mengukuhkan statusnya sebagai “legenda hidup.” Seorang dewa sepak bola di mata jutaan penggemar. Warisannya kini abadi dan tak terbantahkan.
Dengan segala capaian dan drama yang melingkupinya, laga melawan Venezuela kini menjadi lebih dari sekadar pertandingan. Ini adalah potensi perpisahan besar.
Sebuah perpisahan emosional di depan publik Argentina. Para suporter yang telah mendampinginya suka dan duka. Mereka yang telah mencintainya tanpa syarat sejak awal.
Estadio Monumental akan menjadi panggung untuk penghormatan. Tepuk tangan riuh akan menggema. Nama Messi akan dielu-elukan sepanjang malam dengan penuh suka cita.
Apakah ini benar-benar tirai terakhir? Atau hanya jeda sementara? Hanya waktu yang akan menjawab pertanyaan tersebut. Dunia akan terus menantikan pengumumannya.
Namun, satu hal yang pasti. Messi telah meninggalkan jejak yang tak terhapuskan. Namanya akan selalu disebut dalam sejarah sepak bola Argentina, untuk selama-lamanya.
Ia adalah ikon, inspirasi, dan pahlawan. Generasi mendatang akan belajar dari kisahnya. Dari kegigihan, bakat, dan semangat juangnya yang luar biasa di lapangan hijau.
Laga ini adalah perayaan. Perayaan untuk seorang pemain yang telah memberikan segalanya. Untuk seorang kapten yang memimpin negaranya menuju kejayaan tertinggi.
Terima kasih, Messi. Begitulah kira-kira isi hati jutaan penggemar. Apapun keputusanmu, warisanmu akan selalu abadi di bumi Argentina dan dunia.
Sebuah malam yang tak terlupakan di Buenos Aires. Momen di mana emosi dan kenangan berpadu. Menjadi sebuah simfoni perpisahan yang mengharukan bagi seluruh pecinta sepak bola.
