ap – Hujan deras tanpa henti, mengguyur Pulau Dewata. Bali, yang biasa disinari mentari dan menjadi magnet wisatawan, kini bergelut melawan genangan air. Bencana banjir meluas, memaksa ratusan penduduk dan pelancong dievakuasi dari berbagai penjuru.
Pusat keramaian di Jalan Dewi Sri, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung, tak luput dari amukan air. Sejumlah wisatawan asing yang tengah menikmati liburan, mendapati diri mereka terjebak. Tim SAR gabungan segera diterjunkan, berpacu dengan waktu untuk mengevakuasi mereka ke tempat aman. Pemandangan ini sungguh tak lazim. Kuta yang riuh rendah, mendadak senyap. Hanya suara riak air dan derap langkah tim penyelamat yang terdengar.
Tidak hanya Badung. Ibu kota provinsi, Denpasar, juga merasakan dampak terparuk. Puluhan warga yang permukimannya terendam air, dievakuasi secara massal. Tim penyelamat bekerja keras di Kecamatan Denpasar Barat dan Denpasar Utara, menghadapi tantangan berat dari derasnya arus dan tingginya genangan. Situasi ini menunjukkan skala bencana yang meluas.
Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Denpasar, I Nyoman Sidakarya, membeberkan data terkini. Jumlah korban yang berhasil dievakuasi sudah mencapai puluhan. Angka ini terus bertambah seiring penyisiran area terdampak. Setiap individu yang berhasil diselamatkan adalah bukti kerja keras tanpa lelah tim di lapangan.
Di Jalan Pura Demak Denpasar, tim penyelamat berhasil mengevakuasi sekelompok besar warga. Sebanyak 53 orang dewasa, 17 anak-anak, dan 11 balita diamankan dari kepungan air. Mereka adalah keluarga-keluarga yang terpaksa meninggalkan rumah mereka yang kini terendam. Wajah-wajah lelah namun penuh syukur terlihat jelas.
Lain lagi di Jalan Pulau Misol. Sebanyak 5 orang dewasa dan 2 balita juga berhasil diselamatkan. Sementara itu, di wilayah Kampung Jawa, Jalan Ahmad Yani Denpasar Utara, tim mengevakuasi 2 orang dewasa dan 1 orang anak-anak. Data ini menunjukkan betapa beragamnya lokasi terdampak dan betapa menyeluruhnya upaya evakuasi yang dilakukan.
“Dan di Kampung Jawa, Jalan Ahmad Yani Denpasar Utara, yang (dievakuasi) 2 orang dewasa dan 1 orang anak-anak,” kata Sidakarya, pada Rabu (10/9). Pernyataan ini menegaskan fokus tim untuk menjangkau setiap sudut yang membutuhkan bantuan, terutama bagi kelompok rentan.
Banjir juga merajalela di sejumlah titik di Kecamatan Denpasar Selatan. Salah satu kisah pilu terjadi di Jalan Griya Anyar, Desa Pemogan, Banjar Kajeng. Seorang nenek berusia lanjut bersama tiga cucunya, dilaporkan terjebak di tengah genangan yang terus meninggi. Kondisi mereka sangat mengkhawatirkan.
Mendengar laporan tersebut, Kapolsek Denpasar Selatan AKP Agus Adi Apriyog, segera memerintahkan personelnya untuk bergerak cepat. Tim evakuasi segera meluncur ke lokasi. Prioritas utama adalah menyelamatkan nyawa, terutama bagi mereka yang paling rentan seperti lansia dan anak-anak. Tak ada waktu untuk menunda.
Momen haru terjadi saat tim berhasil menjangkau korban. Nyoman Gumleng, nenek berusia 75 tahun, bersama ketiga cucunya: Ni Wayan Manik Sri Dewi (9), Gede Ngurah Kusuma (7), dan Made Arya Kusuma (4), berhasil dievakuasi dengan selamat. Mereka segera dibawa ke rumah keluarga terdekat di Jalan Griya Anyar, Pemogan, untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut dan rasa aman.
“Langkah cepat evakuasi dilakukan agar warga yang terjebak tidak mengalami risiko lebih besar akibat tingginya genangan air,” tegas AKP Agus. Pernyataan ini menggarisbawahi urgensi tindakan tim penyelamat. Kecepatan adalah kunci dalam situasi darurat seperti ini, di mana setiap detik bisa berarti perbedaan antara hidup dan mati.
Pemicu utama bencana ini adalah hujan deras yang mengguyur wilayah Kabupaten Jembrana. Sejak Selasa (9/9) kemarin hingga Rabu (10/9) dini hari, curah hujan yang ekstrem tak henti-hentinya. Kondisi ini kemudian memicu banjir bandang dan genangan meluas yang merendam berbagai aspek kehidupan masyarakat.
Di Jembrana, dampak banjir sungguh memilukan. Ribuan rumah terendam, memaksa penghuninya mengungsi. Tak hanya permukiman, lahan pertanian yang menjadi tulang punggung perekonomian warga juga luluh lantak. Tanaman-tanaman terendam, harapan panen sirna dalam semalam.
Akses transportasi di beberapa ruas jalan utama juga terganggu parah. Genangan air yang tinggi dan material lumpur membuat sejumlah jalan tidak bisa dilewati. Kondisi ini memutus jalur distribusi dan membatasi mobilitas warga, menambah penderitaan di tengah bencana. Beberapa desa bahkan sempat terisolir.
Tim gabungan dari BPBD dan Satpol PP Jembrana, bersama unsur TNI, Polri, aparat desa, serta ratusan relawan lainnya, segera turun tangan. Mereka bahu-membahu melakukan evakuasi dan penanganan cepat di lokasi terdampak. Solidaritas dan semangat gotong royong tampak jelas di tengah kesulitan.
Kepala Pelaksana BPBD Jembrana, I Putu Agus Artana Putra, menceritakan detik-detik awal evakuasi. “Pada jam satu malam tadi, sudah mulai ada laporan dari masyarakat bahwa rumah mereka mulai dimasukin air. Kita lakukan evakuasi dan penyelamatan pada warga yang rumahnya terendam,” ujarnya pada Rabu (10/9). Evakuasi di tengah kegelapan malam menjadi tantangan tersendiri.
Para petugas dan relawan bekerja tanpa mengenal lelah. Mereka menyisir setiap rumah, memastikan tidak ada warga yang tertinggal. Perahu karet menjadi alat utama, menembus genangan air yang setinggi pinggang orang dewasa. Beberapa kali, mereka harus berhadapan dengan arus yang cukup kuat, namun tekad untuk menyelamatkan tak pernah padam.
Kondisi cuaca yang masih labil menambah kewaspadaan. Peringatan dini terus dikeluarkan, meminta masyarakat untuk tetap siaga. Meskipun sebagian air mulai surut, ancaman banjir susulan masih mengintai jika hujan kembali turun dengan intensitas tinggi. Masyarakat diimbau untuk tidak kembali ke rumah sebelum dipastikan aman.
Upaya pascabencana juga mulai dipersiapkan. Kebutuhan dasar seperti makanan, air bersih, selimut, dan obat-obatan menjadi prioritas. Posko-posko pengungsian didirikan untuk menampung warga yang kehilangan tempat tinggal sementara. Dapur umum mulai beroperasi, menyediakan makanan hangat bagi para pengungsi dan petugas.
Kerugian materil akibat banjir ini diperkirakan sangat besar. Tidak hanya rumah dan lahan pertanian, fasilitas umum seperti sekolah dan tempat ibadah juga banyak yang rusak. Pemerintah daerah bersama berbagai pihak terkait sedang melakukan pendataan untuk menghitung estimasi kerugian dan merencanakan langkah-langkah pemulihan jangka panjang.
Bencana ini menjadi pengingat pahit bagi Bali. Indahnya pesona alam pulau ini, terkadang bisa berubah menjadi ancaman jika tidak diantisipasi dengan baik. Pentingnya tata kelola air yang baik dan kesadaran mitigasi bencana menjadi pelajaran berharga dari peristiwa ini. Seluruh elemen masyarakat diharapkan bersatu padu menghadapi tantangan alam.
Para wisatawan yang terjebak, meskipun sempat mengalami ketakutan, kini bisa bernafas lega setelah dievakuasi. Kejadian ini mungkin akan menjadi pengalaman tak terlupakan bagi mereka. Namun, semangat gotong royong dan kesigapan petugas dalam penanganan bencana menunjukkan bahwa Bali selalu siap menghadapi segala cobaan, demi keselamatan warganya dan kenyamanan para tamunya.
Hingga saat ini, tim gabungan terus bersiaga. Pemantauan debit air dan kondisi cuaca dilakukan secara intensif. Komunikasi antar instansi diperkuat untuk memastikan respons yang cepat dan terkoordinasi. Harapan besar tersemat agar situasi segera pulih dan masyarakat dapat kembali menjalani aktivitas normal mereka.
