Bocah Perempuan di Koltim Tewas Digorok Remaja, Dendam Jadi Motif Pelaku

6 Min Read

ap – Sebuah tragedi memilukan mengguncang Kabupaten Kolaka Timur, Sulawesi Tenggara. Seorang bocah perempuan berinisial MZA, baru berusia 10 tahun, ditemukan tewas secara mengenaskan. Ia menjadi korban pembunuhan keji. Pelaku adalah seorang remaja berusia 18 tahun, berinisial RH.

Peristiwa tragis ini diduga bermula dari dendam. RH disebut menyimpan sakit hati kepada MZA. Motif ini terkuak dari penyelidikan awal pihak kepolisian. Ejekan dari korban disebut-sebut memicu amarah pelaku.

Pagi itu, Jumat, 5 September, pukul 06.30 Wita, menjadi hari nahas bagi MZA. Seperti biasa, ia berangkat mengaji. Tidak sendirian, ia ditemani adik laki-lakinya yang masih berusia 7 tahun, berinisial W.

Keduanya berjalan kaki menuju tempat mengaji mereka. Lokasinya berada di Desa Wundubite, Kecamatan Polipolia, Kolaka Timur. Pagi yang seharusnya tenang berubah mencekam seketika.

Di tengah perjalanan, mereka dihadang. Sosok RH tiba-tiba muncul di hadapan kedua bocah itu. Kehadirannya membawa serta sebuah ancaman nyata. RH membawa sebilah parang.

Kasi Humas Polres Kolaka Timur, Iptu Irwan Pansha, mengonfirmasi kejadian ini. “Korban bersama adiknya ini mau pergi mengaji, lalu diadang oleh pelaku,” jelas Irwan dalam keterangannya. Suara Irwan terdengar berat.

Melihat RH dengan senjata tajam, MZA dan adiknya dilanda ketakutan. Naluri bertahan hidup membuat mereka berdua berusaha lari. Mereka mencari perlindungan di kebun milik warga.

Namun, upaya melarikan diri itu sia-sia. Pelaku RH terus mengejar mereka tanpa ampun. Ia tidak memberikan kesempatan bagi kedua bocah itu untuk menyelamatkan diri. Langkah mereka terhenti di antara rimbunnya tanaman.

Di kebun itulah, peristiwa mengerikan terjadi. RH melakukan tindakan keji terhadap MZA. “Pelaku membunuh korban (menggorok) di bagian leher dengan menggunakan parang,” tutur Irwan. Kalimat itu menggambarkan kekejaman yang tak terbayangkan.

W, adik MZA, menjadi saksi bisu. Ia menyaksikan kakaknya meregang nyawa di depan matanya sendiri. Trauma mendalam kini membayangi hidup bocah kecil itu. Pemandangan mengerikan itu akan sulit terhapus dari ingatannya.

Setelah melancarkan aksinya, RH segera melarikan diri. Ia meninggalkan MZA terkapar tak bernyawa. Sementara itu, W, dengan sisa keberaniannya, mencari pertolongan. Ia berusaha melaporkan kejadian yang baru saja menimpanya.

Kabar pembunuhan ini cepat menyebar di Desa Wundubite. Warga terkejut dan tidak percaya. Sebuah desa yang biasanya damai, kini diselimuti duka dan ketakutan. Bagaimana mungkin kejadian sekeji ini bisa terjadi?

Aparat kepolisian bergerak cepat. Setelah menerima laporan, tim langsung diterjunkan ke lokasi. Mereka melakukan olah TKP dan mengumpulkan bukti-bukti. Pengejaran terhadap pelaku segera dilakukan.

Tidak butuh waktu lama bagi polisi. RH berhasil diamankan tak lama setelah kejadian. Ia ditangkap dan dibawa ke Markas Polres Kolaka Timur untuk pemeriksaan lebih lanjut. Proses penyelidikan pun dimulai intensif.

Penyelidikan awal menguatkan dugaan motif dendam. Pelaku RH mengakui bahwa ia sering diejek oleh korban. Ejekan itu disebut-sebut menumpuk menjadi kemarahan. Hingga akhirnya memuncak dalam tindakan pembunuhan.

Namun, rincian mengenai ejekan tersebut masih menjadi misteri. Kasat Reskrim Polres Kolaka Timur, AKP Ahmad Fatoni, mengaku belum memahami sepenuhnya. “Kami juga belum paham kata-kata (ejekan) yang dilontarkan sampai dendam ini pelaku,” kata Fatoni.

Ketidakjelasan motif spesifik ini menambah keprihatinan. Bagaimana ejekan seorang anak berusia 10 tahun bisa memicu kekerasan sedemikian rupa? Pertanyaan ini menghantui banyak pihak. Masyarakat menuntut jawaban yang lebih jelas.

MZA adalah seorang bocah perempuan yang ceria. Ia dikenal aktif di lingkungannya. Kepergiannya meninggalkan lubang yang dalam di hati keluarga. Orang tua MZA sangat terpukul. Mereka tidak menyangka putri kecilnya akan berakhir tragis.

Trauma tidak hanya dirasakan keluarga korban. Seluruh warga Desa Wundubite merasakan dampaknya. Rasa aman kini sedikit terenggut. Mereka kini bertanya-tanya, apakah anak-anak mereka aman beraktivitas?

Peristiwa ini membuka mata banyak pihak. Pentingnya mengelola emosi dan konflik sejak dini menjadi sorotan. Terutama di kalangan remaja dan anak-anak. Kekerasan tidak pernah menjadi solusi.

Pihak kepolisian berkomitmen untuk mengusut tuntas kasus ini. RH akan diproses sesuai hukum yang berlaku. Usianya yang sudah masuk kategori dewasa akan membuat ia menghadapi tuntutan berat. Keadilan harus ditegakkan untuk MZA.

Keluarga MZA berharap pelaku mendapatkan hukuman setimpal. Rasa kehilangan yang tak terkira itu hanya bisa sedikit terobati. Jika keadilan benar-benar ditegakkan. Proses hukum akan terus berjalan transparan.

Masyarakat Kolaka Timur berduka bersama. Mereka berharap kejadian serupa tidak terulang kembali. Sosialisasi tentang bahaya kekerasan dan pentingnya komunikasi yang baik akan digalakkan. Ini demi masa depan anak-anak mereka.

Tragedi MZA adalah pengingat pahit. Bahwa dendam yang terpendam dapat berujung pada kehancuran. Pendidikan karakter dan empati sangat diperlukan. Agar tidak ada lagi korban kekerasan di masa mendatang.

Kisah MZA akan selalu menjadi noda hitam. Dalam catatan sejarah Desa Wundubite. Sebuah nyawa muda direnggut kejam. Hanya karena alasan yang masih sulit dipahami. Semoga ia beristirahat dengan damai.

Penyelidikan masih terus berlangsung. Polisi akan menggali lebih dalam. Mereka ingin menemukan semua fakta. Termasuk motif sebenarnya dari pelaku RH. Ini untuk memastikan keadilan bagi MZA.

Share This Article