Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat setidaknya 13 perusahaan sedang dalam antrean untuk melantai di pasar modal melalui penawaran umum perdana saham (IPO) hingga 23 Oktober 2025. Angka ini mengindikasikan tingginya minat perusahaan untuk mencari pendanaan publik, seiring dengan antusiasme investor yang tak kalah membara. Fenomena ini terjadi di tengah pasar yang dinamis, mengikuti jejak sukses beberapa emiten yang baru saja IPO seperti PT Chandra Daya Investasi Tbk. (CDIA), PT Merdeka Gold Resources Tbk. (EMAS), PT Indokripto Koin Semesta Tbk. (COIN), dan PT Raharja Energi Cepu Tbk. (RATU), yang sahamnya melonjak signifikan pasca-pencatatan.
Minat investor yang tinggi terhadap saham-saham perdana ini didorong oleh beberapa faktor krusial yang menciptakan iklim investasi yang kondusif. Stabilitas makroekonomi Indonesia menjadi landasan utama yang menumbuhkan kepercayaan diri pelaku pasar, memberikan optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Selain itu, kondisi likuiditas pasar yang memadai juga berperan besar dalam menyerap penawaran saham baru, memastikan bahwa ada cukup dana yang tersedia untuk berinvestasi. Lebih jauh, keberadaan konglomerasi besar di balik beberapa calon emiten turut menjadi daya tarik tersendiri, memberikan sinyal positif mengenai prospek dan keberlanjutan bisnis perusahaan yang akan go public.
Kinerja impresif emiten yang baru saja IPO turut memicu optimisme di kalangan investor. Saham CDIA, misalnya, telah melesat 881,58% sejak penawaran perdana pada Juli 2025, menunjukkan respons pasar yang luar biasa. Bahkan, saham COIN terbang fantastis hingga 2.810% sejak pencatatannya, menjadikannya salah satu IPO paling spektakuler tahun ini. Sementara itu, RATU mencatatkan kenaikan harga saham sebesar 597,83% dan EMAS, yang baru IPO bulan lalu, melonjak 49,31%. Lonjakan harga ini, menurut para analis, tidak hanya didorong oleh fundamental yang kuat, tetapi juga oleh \
