Jakarta Lengang, Sekolah PJJ, Pertokoan Tak Beroperasi Pasca-Unjuk Rasa

9 Min Read

ap – Jakarta masih belum pulih sepenuhnya. Senin, 1 September, menunjukkan wajah berbeda Ibu Kota. Pasca unjuk rasa yang mengguncang, denyut nadi kota melambat drastis. Sebuah keheningan tak biasa menyelimuti. Sekolah-sekolah masih menerapkan pembelajaran jarak jauh, menyisakan ruang kelas yang kosong. Banyak pertokoan memilih tutup.

Pukul delapan pagi, kawasan Glodok biasanya sudah ramai. Pusat perdagangan ini selalu dipenuhi aktivitas. Distributor dan pembeli sibuk bertransaksi. Namun pagi ini, situasinya berbanding terbalik. Jalanan yang biasa hiruk pikuk kini lengang. Tak ada kemacetan mengular seperti biasa.

Reporter Media Indonesia memulai penelusuran. Dari kawasan Kota Tua, kemudian menyusuri Glodok. Destinasi selanjutnya menuju Istana Kepresidenan RI. Lalu Monumen Nasional, hingga Balai Kota DKI Jakarta. Sepanjang perjalanan, pemandangan serupa terus terlihat. Kota ini seolah tertidur pulas.

Toko-toko di Glodok, yang biasanya sudah buka pukul 07.00 WIB, masih terkunci rapat. Beberapa pintu rolling door tertutup sempurna. Hanya segelintir toko membuka sebagian. Aktivitas jual beli jauh dari normal. Suasana sepi menyelimuti lorong-lorong pertokoan.

Kolong jembatan Glodok Plaza pun tak luput. Biasanya, area ini pangkalan kurir ojek online. Mereka menunggu pesanan, berkumpul, dan bercengkrama. Pagi ini, pemandangan itu lenyap. Kolong jembatan itu kini hanya menyisakan keheningan. Sebuah cerminan kondisi kota yang melambat.

Beberapa sekolah sekitar Glodok juga terpantau sepi. Tidak ada kegiatan belajar mengajar tatap muka. Gerbang sekolah tertutup rapat. Halaman sekolah kosong tanpa siswa berseragam. Bangku-bangku kelas tak berpenghuni. Pendidikan kini berpindah ke ranah virtual.

Lanjut, simpang lampu merah halte Harmoni. Titik ini juga tidak terlihat kepadatan kendaraan. Baik roda dua maupun roda empat. Padahal, persimpangan ini arteri utama Jakarta. Biasanya, antrean panjang kendaraan lazim di sini. Kini, jalanan lancar tanpa hambatan.

Perjalanan berlanjut hingga kawasan Monas dan sekitarnya. Pukul 09.00 WIB, tidak terpantau kemacetan berarti. Biasanya, area sekitar Monas sudah mulai padat. Terutama aktivitas perkantoran dan wisata. Namun, keheningan yang sama menyelimuti area ikonik ini. Sebuah gambaran Jakarta yang tak biasa.

Sebelumnya, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta telah memastikan. Layanan pendidikan tetap berjalan optimal. Ini berlaku meskipun sejumlah wilayah Ibu Kota terdampak aksi unjuk rasa. Pemprov berkomitmen penuh pada hak anak atas pendidikan. Langkah adaptif pun diambil.

Dinas Pendidikan DKI Jakarta memberikan fleksibilitas penuh. Setiap satuan pendidikan berwenang menentukan metode pembelajaran. Mereka bisa memilih tatap muka langsung. Atau, dapat juga menerapkan pembelajaran dari rumah. Keputusan ini disesuaikan kondisi di lapangan. Demi keamanan dan kelancaran proses belajar.

Staf Khusus Gubernur DKI Jakarta Bidang Komunikasi, Chico Hakim, menjelaskan. Ia menyampaikan keterangan pada Minggu, 31 Agustus. Proses belajar mengajar harus tetap berjalan. Ini sesuai pemenuhan hak anak atas layanan pendidikan. Tidak ada kompromi soal itu.

Namun, ia menambahkan detail penting. Sekolah berdekatan dengan lokasi unjuk rasa dapat bertindak fleksibel. Atau, sekolah terkendala akses akibat situasi keamanan. Mereka sangat dianjurkan melaksanakan pembelajaran dari rumah. Ini demi keselamatan seluruh warga sekolah.

Chico juga menjelaskan lebih lanjut. Satuan pendidikan yang tidak terdampak langsung pun diberi pilihan serupa. Sekolah-sekolah yang tidak berada di lokasi rawan. Mereka juga dibolehkan melaksanakan kegiatan belajar mengajar dari jarak jauh. Ini adalah opsi adaptif yang luas.

Keputusan ini bukan tanpa pertimbangan matang. Pelaksanaannya harus melalui komunikasi intensif. Komunikasi harus terjalin baik dengan orang tua. Juga dengan wali murid. Serta, dengan komite sekolah. Keterlibatan semua pihak menjadi kunci utama.

Intinya, Chico Hakim menegaskan. Pemprov ingin memastikan tidak ada hak anak atas pendidikan yang terhenti. Situasi apapun tidak boleh menghalangi proses ini. Fleksibilitas ini diberikan secara bijaksana. Tujuannya ganda: menjamin keselamatan para siswa, sekaligus melancarkan proses belajar mengajar.

Ini bukan hanya tentang sekolah. Tapi juga tentang kehidupan kota secara keseluruhan. Ketiadaan siswa di sekolah berarti kurangnya pergerakan. Orang tua tidak perlu mengantar-jemput. Angkutan umum sepi dari penumpang anak sekolah. Kantin-kantin sekolah tak berpenghuni. Lingkungan sekitar sekolah turut merasakan dampaknya.

Pertokoan yang tidak beroperasi juga menimbulkan efek domino. Pedagang kaki lima di depan toko kehilangan pelanggan. Jasa parkir pun seanggur. Para pekerja lepas yang bergantung pada keramaian kota merasakan pukulan ekonomi. Jakarta seolah menghela napas panjang.

Kurir ojek online yang biasanya sibuk mengantar. Mereka kini punya waktu luang lebih. Pesanan berkurang drastis. Jalanan sepi memang memudahkan perjalanan. Namun, itu juga berarti penurunan pendapatan. Sektor informal adalah salah satu yang paling merasakan perubahan ini.

Warga Jakarta juga merasakan perbedaan. Mereka yang biasanya bepergian ke pusat kota. Kini memilih untuk tetap di rumah. Aktivitas perkantoran yang mungkin menerapkan sistem kerja dari rumah. Ini menambah keheningan di jalanan. Kota ini belajar beradaptasi dengan ritme baru.

Suasana tenang ini mungkin menenangkan sebagian orang. Namun, di baliknya ada kekhawatiran. Kekhawatiran akan stabilitas. Kekhawatiran akan pemulihan ekonomi. Kekhawatiran akan kapan kota ini bisa kembali normal. Sebuah normalitas yang dirindukan banyak pihak.

Pemerintah terus memantau situasi. Koordinasi antarlembaga ditingkatkan. Tujuannya memastikan keamanan dan ketertiban. Serta, secara bertahap mengembalikan roda ekonomi dan sosial. Namun, proses ini memerlukan waktu dan kesabaran. Situasi belum sepenuhnya kondusif.

Keputusan PJJ dan pembatasan operasional toko adalah langkah preventif. Ini bukan hanya merespons situasi kemarin. Tapi juga mengantisipasi potensi gejolak. Keamanan warga adalah prioritas tertinggi. Sebuah pelajaran berharga dari kejadian sebelumnya.

Meskipun demikian, ada semangat kebersamaan. Warga saling mengingatkan. Saling menjaga. Solidaritas muncul di tengah tantangan. Jakarta menunjukkan ketangguhannya. Kota ini pernah menghadapi banyak badai. Dan selalu berhasil bangkit kembali.

Lalu lintas yang lengang. Pertokoan yang tutup. Sekolah yang sunyi. Ini potret Jakarta pada awal September. Sebuah kota metropolitan sedang mencari ritme barunya. Menyesuaikan diri dengan kondisi pasca-unjuk rasa. Demi menjaga keselamatan warganya. Dan memastikan hak-hak dasar tetap terpenuhi.

Pemulihan akan membutuhkan waktu. Namun, fondasi telah diletakkan. Dengan fleksibilitas pendidikan dan upaya menjaga keamanan. Diharapkan Jakarta dapat segera kembali ke denyutnya yang energik. Keheningan ini bagian dari ceritanya. Cerita tentang ketahanan sebuah kota.

Setiap sudut kota memiliki kisahnya dalam keheningan ini. Taman-taman yang biasanya ramai anak-anak kini kosong. Kedai kopi populer kini hanya melayani pesanan daring. Sebuah perubahan terasa begitu cepat. Mengubah kebiasaan sehari-hari warga.

Para pengemudi taksi online. Mereka merasakan sepinya jalanan dari sudut pandang berbeda. Kurangnya penumpang berarti jam kerja lebih panjang. Atau pendapatan yang jauh berkurang. Tantangan nyata bagi mereka yang mencari nafkah di jalanan.

Kawasan perkantoran di Sudirman dan Thamrin. Meskipun tidak disebut laporan. Kemungkinan besar merasakan dampak serupa. Banyak perusahaan menerapkan kebijakan kerja dari rumah. Gedung-gedung pencakar langit yang menjulang tinggi terasa lebih sunyi.

Bagi banyak keluarga, pembelajaran jarak jauh membawa tantangan unik. Orang tua harus berperan lebih aktif mendampingi anak. Koneksi internet menjadi krusial. Kreativitas guru diuji menyampaikan materi daring. Sebuah adaptasi besar-besaran di sektor pendidikan.

Namun, di balik semua itu, ada harapan. Harapan akan hari esok yang lebih baik. Harapan agar Jakarta kembali ramai. Ramai dengan tawa anak-anak di sekolah. Ramai dengan suara transaksi di pasar. Ramai dengan semangat bekerja dan berkreasi.

Kondisi ini juga menjadi pengingat. Bahwa kota sepadat Jakarta pun bisa merespons. Bisa berhenti sejenak. Demi keselamatan kolektif. Sebuah langkah yang mungkin tidak populer. Namun, dianggap perlu demi kebaikan bersama.

Pemandangan jalanan kosong di Monas pada pukul 09.00 WIB adalah simbol. Simbol dari sebuah kota yang berhenti sejenak untuk bernapas. Untuk mengevaluasi. Untuk memulihkan diri. Setelah gejolak yang sempat terjadi.

Waktu menunjukkan pukul sepuluh pagi. Jakarta masih dalam balutan keheningan. Sebuah keheningan sarat makna. Menanti saatnya untuk kembali bangkit. Dengan pelajaran baru. Dan semangat yang diperbarui. Ibu Kota akan kembali menunjukkan pesonanya.

Share This Article