Korea Utara tengah mengarahkan perhatiannya ke Asia Tenggara sebagai bagian dari strategi yang lebih luas untuk memperkuat hubungan diplomatik dan mencari mitra baru. Langkah ini diambil di tengah isolasi internasional yang masih berlangsung, dengan tujuan mendiversifikasi hubungan dan mengurangi ketergantungan pada sekutu tradisional.
Upaya diplomatik Pyongyang terlihat dari kunjungan delegasi keliling ke beberapa negara Asia Tenggara pada September 2024. Selain itu, Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dilaporkan telah bertemu dengan para pemimpin Vietnam dan Laos untuk meningkatkan kerja sama bilateral. Pertemuan ini menggarisbawahi komitmen Korea Utara untuk menjalin kedekatan dengan kawasan ini.
Indonesia, sebagai negara dengan peran sentral di Asia Tenggara, menunjukkan kesediaannya untuk memfasilitasi keterlibatan lebih erat antara Korea Utara dan Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN). Menteri Luar Negeri Sugiono menyatakan kesiapan ini, mencerminkan potensi Indonesia sebagai mediator di kawasan. “Indonesia siap memfasilitasi keterlibatan yang lebih erat antara Korea Utara dan Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN),” kata Menteri Luar Negeri Sugiono, seperti dilansir Antaranews Jatim.
Secara strategis, langkah ini bertujuan untuk mendiversifikasi hubungan internasional Korea Utara, mengurangi ketergantungan eksklusif pada Tiongkok dan Rusia, serta mencari dukungan politik dan ekonomi baru di forum regional seperti ASEAN. Pyongyang berharap dapat menarik negara-negara di Asia Tenggara agar lebih berpihak padanya atau setidaknya menjaga hubungan yang netral dalam isu-isu global.
Meski demikian, upaya Korea Utara ini diawasi ketat oleh negara-negara seperti Amerika Serikat dan Korea Selatan. Washington secara konsisten meminta negara-negara ASEAN untuk meminimalkan hubungan dengan Korea Utara guna memastikan penerapan sanksi PBB secara efektif. Hal ini bertujuan untuk mencegah Pyongyang menggunakan pendapatan dari hubungan tersebut untuk memajukan program senjata nuklirnya.
Seorang pejabat AS, seperti dikutip ANTARA News pada 4 Mei 2017, menyatakan, “Kami kira banyak lagi yang bisa dilakukan, tidak hanya di Asia Tenggara. Kami berkomunikasi dengan semua negara untuk meminta mereka sepenuhnya mematuhi resolusi PBB dan meminimalkan hubungan, atau aliran pendapatannya, untuk memajukan program-program provokatifnya.” Pernyataan ini menunjukkan kekhawatiran internasional terhadap potensi pelanggaran sanksi.
Asia Tenggara dipandang oleh Korea Utara sebagai kawasan penting yang tidak bisa diabaikan. Dengan negara-negara anggota ASEAN yang memiliki keberagaman ekonomi dan politik, Pyongyang melihat peluang untuk menjalin kemitraan yang dapat memberikan keuntungan di tengah tantangan global. Dinamika ini akan terus berkembang seiring dengan respons negara-negara Asia Tenggara terhadap pendekatan Korea Utara dan tekanan dari komunitas internasional.
