Mahasiswa Gelar Aksi Setelah Insiden Maut Mobil Barracuda Brimob Tabrak Ojol

6 Min Read

ap – Kabar duka menyelimuti jagat maya dan jalanan Ibu Kota. Insiden tragis menimpa seorang pengemudi ojek online. Ia menjadi korban tabrak lari sebuah mobil barracuda milik Brimob. Peristiwa ini menyulut amarah publik yang mendalam.

Kejadian nahas tersebut terjadi di tengah hiruk pikuk demonstrasi. Aksi massa yang berlangsung sebelumnya telah menciptakan ketegangan. Namun, tidak ada yang menyangka akan berujung pada hilangnya nyawa. Sebuah nyawa melayang sia-sia di aspal jalan.

Identitas korban terungkap setelah insiden mengerikan itu. Affan Kurniawan, pemuda berusia 21 tahun, dilaporkan meninggal dunia. Ia menghembuskan napas terakhirnya di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Keluarga dan rekan-rekan korban berduka cita.

Tidak hanya Affan, insiden itu juga melukai korban lain. Moh. Umar Amarudin, 30 tahun, turut menjadi korban. Ia kini sedang menjalani perawatan intensif. Harapannya, ia dapat segera pulih dari cedera yang dialaminya.

Kabar duka dan luka ini segera menyebar luas. Terutama di kalangan komunitas pengemudi ojek online. Solidaritas pun terbentuk dengan cepat. Mereka menuntut keadilan atas peristiwa memilukan ini.

Gelombang protes tidak hanya datang dari jalanan. Lingkar akademisi turut menyuarakan keprihatinan mereka. Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dari tiga universitas ternama bergerak. Mereka adalah BEM Universitas Indonesia (UI), Universitas Negeri Jakarta (UNJ), dan Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta (UPN VJ).

Ketiga organisasi mahasiswa ini tidak tinggal diam. Mereka memilih jalur media sosial untuk bersuara. Unggahan seruan aksi menyebar ke seluruh penjuru platform. Pesan mereka jelas: menuntut pertanggungjawaban.

Aksi tersebut direncanakan akan berlangsung besok. Lokasi yang dipilih adalah Polda Metro Jaya. Pemilihan lokasi ini bukan tanpa alasan. Polda dianggap sebagai representasi penegak hukum yang harus bertanggung jawab.

Dukungan publik terhadap seruan aksi ini sangat masif. Terlihat dari jumlah interaksi di media sosial. Unggahan BEM UI berhasil meraih 6 ribu tanda suka. Angka ini menunjukkan resonansi yang kuat di masyarakat.

BEM UNJ juga tidak kalah mendapatkan perhatian. Unggahan mereka disukai oleh 3.342 pengguna. Sementara itu, BEM UPN VJ mengumpulkan 529 tanda suka. Total dukungan ini mencerminkan keresahan kolektif.

Insiden tabrak lari ini memicu banyak pertanyaan. Terutama mengenai prosedur pengamanan demonstrasi. Mobil barracuda Brimob seharusnya berfungsi melindungi. Bukan justru menelan korban di jalan.

Pertanyaan mendasar muncul ke permukaan. Bagaimana sebuah kendaraan aparat bisa terlibat dalam insiden fatal? Mengapa korban dari masyarakat sipil harus berjatuhan? Ini menjadi titik tolak tuntutan keadilan.

Brimob, sebagai bagian dari Kepolisian, memiliki peran vital. Mereka bertugas menjaga keamanan dan ketertiban. Namun, insiden ini merusak kepercayaan publik. Citra institusi dipertaruhkan di mata masyarakat.

Demonstrasi adalah hak konstitusional warga negara. Aparat keamanan seharusnya mengawal aksi tersebut. Bukan menciptakan ketakutan atau bahaya. Kebebasan berpendapat harus dihormati sepenuhnya.

Kasus Affan Kurniawan menjadi simbol baru. Ia adalah representasi dari rakyat kecil. Mereka yang rentan di hadapan kekuatan negara. Suaranya kini digemakan oleh para mahasiswa.

Keluarga korban menuntut kejelasan penuh. Mereka berhak atas investigasi yang transparan. Siapa yang bertanggung jawab atas kecelakaan ini? Sanksi harus ditegakkan seadil-adilnya.

Perawatan medis untuk Moh. Umar Amarudin juga menjadi perhatian. Pemerintah harus memastikan fasilitas terbaik. Pemulihan total adalah prioritas utama. Korban tidak boleh dilupakan begitu saja.

Aksi mahasiswa besok di Polda Metro Jaya diprediksi akan ramai. Ini bukan sekadar demonstrasi biasa. Ini adalah panggilan moral bagi keadilan. Suara-suara mereka menuntut akuntabilitas.

Mereka berharap agar insiden serupa tidak terulang lagi. Pelibatan kendaraan taktis dalam keramaian harus dievaluasi. Prosedur standar operasional harus ditinjau ulang. Keselamatan publik adalah yang utama.

Pemerintah dan kepolisian harus merespons serius. Tuntutan masyarakat tidak bisa diabaikan. Kepercayaan publik adalah aset berharga. Kejujuran dan keadilan harus menjadi landasan.

Kasus ini juga menyoroti nasib para pekerja ojek online. Mereka adalah tulang punggung ekonomi digital. Hidup mereka penuh risiko di jalanan. Perlindungan yang lebih baik sangat dibutuhkan.

Setiap hari, ribuan pengemudi ojol berjuang. Mereka menghadapi berbagai bahaya lalu lintas. Ditambah lagi, kini ada ancaman dari aparat. Situasi ini menciptakan keresahan yang mendalam.

BEM UI, UNJ, dan UPN VJ telah mengambil sikap tegas. Mereka mewakili suara nurani mahasiswa. Suara yang peduli terhadap keadilan sosial. Mereka menolak impunitas bagi siapa pun.

Masyarakat menantikan hasil dari aksi besok. Apakah suara mereka akan didengar? Apakah keadilan akan ditegakkan? Harapan besar tertumpu pada gerakan mahasiswa ini.

Polda Metro Jaya kini berada di bawah sorotan. Bagaimana mereka akan menyikapi tuntutan ini? Respons mereka akan menentukan persepsi publik. Ini adalah ujian bagi integritas institusi.

Dunia maya terus memperbincangkan kasus ini. Setiap unggahan, setiap komentar, mencerminkan kemarahan. Juga keinginan kuat akan perubahan. Sebuah perubahan menuju keadilan yang nyata.

Tragedi Affan Kurniawan bukan hanya cerita personal. Ini adalah cermin dari masalah yang lebih besar. Masalah akuntabilitas dan perlindungan warga. Terutama di tengah dinamika sosial yang memanas.

Malam ini, di banyak rumah, ada duka mendalam. Keluarga Affan berduka atas kepergiannya. Keluarga Umar cemas menanti kesembuhan. Sementara mahasiswa bersiap untuk perjuangan esok hari.

Semoga aksi besok berjalan damai dan konstruktif. Semoga membawa dampak positif bagi penegakan hukum. Dan yang terpenting, semoga keadilan berpihak pada korban. Untuk Affan dan Umar, serta seluruh rakyat Indonesia.

Share This Article