Netanyahu Pertimbangkan Eskalasi di Gaza, Hamas Tuduh Korbankan Sandera

4 Min Read

ap – Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dilaporkan sedang mempertimbangkan peningkatan signifikan dalam operasi militer di Jalur Gaza, sebuah langkah yang langsung memicu kecaman keras dari kelompok militan Palestina, Hamas. Hamas menuduh Netanyahu mengutamakan kepentingan politiknya sendiri dan agenda ideologis ekstremis di atas keselamatan para sandera Israel yang saat ini ditawan di Gaza. Tuduhan ini muncul di tengah kebuntuan dalam negosiasi tidak langsung antara Israel dan Hamas mengenai gencatan senjata dan pembebasan sandera. Ketegangan meningkat seiring dengan meningkatnya kekhawatiran internasional terhadap nasib warga sipil Palestina yang terperangkap dalam konflik yang berkepanjangan ini.

Pernyataan Hamas, yang dirilis tak lama setelah Netanyahu mengumpulkan kabinet keamanannya untuk membahas perluasan operasi, menuduh pemimpin Israel itu secara sengaja menggagalkan upaya pembebasan sandera. “Rencana Netanyahu untuk meningkatkan agresi menegaskan tanpa keraguan keinginannya untuk menyingkirkan para tawanan dan mengorbankan mereka demi kepentingan pribadi dan agenda ideologis ekstremisnya,” demikian bunyi pernyataan Hamas. Kelompok itu juga menuduh Netanyahu “mundur dari jalur negosiasi,” menyusul kegagalan perundingan tidak langsung yang bertujuan untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata dan pembebasan sandera pada akhir Juli. Perselisihan utama tetap pada tuntutan Hamas agar Israel menarik semua pasukannya dari Gaza dan menyetujui gencatan senjata permanen sebagai prasyarat untuk pembebasan sandera, sebuah tuntutan yang sejauh ini ditolak mentah-mentah oleh Netanyahu.

Langkah Netanyahu menuai kritik dari berbagai pihak, termasuk keluarga para sandera yang semakin putus asa. Mereka khawatir eskalasi militer hanya akan membahayakan nyawa orang-orang yang mereka cintai yang ditawan. Dalam beberapa pekan terakhir, Hamas telah merilis video yang menampilkan beberapa sandera, yang memohon kepada pemerintah Israel untuk memenuhi tuntutan kelompok itu agar mereka dibebaskan. Video-video tersebut telah meningkatkan tekanan publik pada Netanyahu untuk mencapai kesepakatan, tetapi tampaknya memperkeras posisinya. Di sisi lain, Netanyahu bersikeras bahwa satu-satunya cara untuk menjamin pembebasan semua sandera adalah dengan terus memberikan tekanan militer pada Hamas. Dalam wawancara baru-baru ini dengan Fox News, Netanyahu menyatakan bahwa Israel bermaksud untuk menguasai seluruh Jalur Gaza, meskipun ia mengklaim bahwa Israel tidak berniat untuk menduduki atau memerintah wilayah tersebut secara permanen.

Pernyataan Netanyahu kepada Fox News semakin membakar kemarahan Hamas. Hamas menanggapi pernyataan itu dengan menyebut Netanyahu sebagai “penjahat perang” dan menuduhnya berencana untuk melanjutkan kebijakan genosida dan pemindahan paksa terhadap rakyat Palestina di Jalur Gaza. Konflik Israel-Palestina telah mencapai titik kritis, dengan sedikit tanda-tanda mereda dalam waktu dekat. Serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023, yang memicu perang saat ini, mengakibatkan kematian sekitar 1.200 orang Israel dan penyanderaan sekitar 250 orang. Sejak itu, Israel telah melancarkan serangan udara dan darat tanpa henti di Gaza, yang menyebabkan kehancuran yang meluas dan ribuan kematian warga sipil Palestina. Militer Israel memperkirakan bahwa 49 sandera masih ditahan di Gaza, termasuk 27 orang yang diyakini telah tewas.

Situasi kemanusiaan di Gaza semakin memburuk dari hari ke hari, dengan sebagian besar penduduk mengungsi dan kekurangan makanan, air, dan pasokan medis. Organisasi-organisasi internasional telah memperingatkan tentang bencana kemanusiaan yang akan segera terjadi jika tidak ada tindakan segera yang diambil untuk memberikan bantuan. Mahkamah Pidana Internasional (ICC) telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Netanyahu dan pemimpin Hamas atas dugaan kejahatan perang, dan Israel menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ). Terlepas dari meningkatnya tekanan internasional, Netanyahu tampaknya bertekad untuk melanjutkan operasinya di Gaza, yang meningkatkan prospek konflik yang lebih berdarah dan berkepanjangan. Masa depan Gaza dan para tawanannya tetap tidak pasti, tergantung pada keputusan yang akan dibuat oleh Netanyahu dan para pemimpin Hamas dalam beberapa hari dan minggu mendatang.

Share This Article