Pembakaran DPRD Makassar: Polisi Kejar Dalang dan Penjarah ATM

7 Min Read

ap – Polisi masih terus mendalami kasus pembakaran dan penjarahan kantor DPRD Sulawesi Selatan serta Makassar yang terjadi Agustus lalu. Peristiwa anarkis itu menyisakan pertanyaan besar tentang siapa dalang di baliknya.

Fokus utama penyidik adalah mengungkap adanya dugaan aktor intelektual. Pihak-pihak yang mungkin menggerakkan massa perusuh dari balik layar.

Kapolrestabes Makassar, Kombes Pol Arya Perdana, menegaskan bahwa timnya kini memusatkan perhatian pada penelusuran jaringan komunikasi para pelaku. Sebuah langkah krusial dalam penyelidikan.

“Kalau itu masih kami jalani,” ujar Arya kepada wartawan, Selasa (16/9). Ia menekankan pentingnya pemeriksaan mendalam terhadap ponsel sitaan.

Alat komunikasi genggam itu diharapkan menjadi jendela ke arah informasi penting. Keterkaitan antara satu saksi dengan saksi lainnya juga terus didalami secara cermat.

Polisi berupaya menemukan benang merah dari seluruh peristiwa yang terjadi pada hari nahas itu. Setiap detail kecil menjadi bagian dari puzzle besar.

Pemeriksaan forensik pada perangkat komunikasi diharapkan dapat membuka petunjuk baru yang signifikan. Sebuah proses teknis yang sangat diandalkan.

Data komunikasi tersebut vital untuk mengungkap hubungan dengan provokator. Atau bahkan, menyingkap identitas pihak yang berperan sebagai aktor intelektual utama.

“Kami masih berupaya mendalami jaringan komunikasi yang mereka miliki,” jelas Arya. Setiap ponsel yang disita akan dibedah tuntas.

Tujuannya, untuk mencari kaitan kuat dengan para provokator. Serta memastikan ada tidaknya perintah dari pihak di atas mereka.

Sejauh ini, proses penyidikan masih terus bergulir intensif. Belum ada penetapan tersangka baru di luar para pelaku lapangan yang sudah diamankan.

Namun, polisi tidak menutup kemungkinan akan adanya pihak baru yang terseret. Perkembangan penyelidikan bisa saja menyeret nama-nama baru.

Penemuan bukti kuat bisa mengubah arah penyelidikan secara drastis. Hukum akan berjalan sesuai temuan fakta di lapangan.

“Semua masih dalam penyelidikan,” tegas Arya. Proses hukum terus berjalan, mencari kebenaran di balik kerusuhan yang memilukan itu.

Kasus ini bukan hanya tentang pembakaran. Insiden Agustus lalu juga diwarnai penjarahan mesin ATM di kantor DPRD Makassar.

Uang hasil kejahatan ini disalahgunakan para tersangka. Mereka menggunakannya untuk berbagai kebutuhan pribadi sehari-hari.

Kapolrestabes Arya mengungkap detail penggunaannya secara transparan. “Ada yang digunakan untuk beli laptop, beli sepatu, beli radiator, HP,” katanya.

Bahkan, ada yang dipakai untuk membeli stick biliar. Sebuah pengeluaran yang terkesan mendadak dan tidak wajar.

Pelaku juga melunasi cicilan sepeda motor mereka. Semua dilakukan menggunakan uang haram hasil penjarahan mesin ATM.

Total uang di dalam mesin ATM yang dijarah mencapai Rp320 juta. Jumlah ini cukup fantastis dan langsung dibagi-bagikan sesaat setelah kejadian.

Diperkirakan ada sekitar 20 orang pelaku yang menikmati hasil jarahan tersebut. Sebuah tindakan terorganisir yang mengerikan.

Masing-masing pelaku mendapatkan jatah yang lumayan besar. Mereka menerima antara Rp15 juta hingga Rp20 juta per orang.

“Sisa uang ini, ada Rp32 juta di bawah. Dari Rp320 juta,” ujar Arya. Polisi berhasil mengamankan sisa uang dari tangan para pelaku.

Untuk kasus penjarahan mesin ATM ini, polisi awalnya berhasil menangkap empat orang. Mereka langsung ditetapkan sebagai tersangka utama.

Kini, jumlah tersangka telah berkembang menjadi sepuluh orang. Penyelidikan terus mengungkap nama-nama baru.

Ironisnya, satu di antara mereka masih berusia 16 tahun. Keterlibatan anak di bawah umur menambah keprihatinan pada kasus ini.

Polisi masih terus memburu sejumlah orang lainnya. Para buronan ini diduga kuat terlibat dalam penjarahan dan belum tertangkap.

Perburuan masih terus berlangsung di lapangan dengan intensitas tinggi. Petugas tidak akan berhenti sebelum semua tertangkap.

Arya menerangkan, para tersangka datang ke DPRD Makassar dengan niat dan persiapan matang. Mereka bukan sekadar ikut-ikutan demo sesaat.

Saat demo rusuh Agustus lalu, mereka sudah membawa peralatan lengkap. Persiapan itu menunjukkan adanya perencanaan jahat.

Tujuannya jelas: untuk membongkar mesin ATM yang ada di lokasi. Sebuah target yang telah direncanakan sebelumnya.

Peralatan yang dibawa meliputi gerinda dan genset. Ini menunjukkan upaya serius dan terorganisir untuk melakukan pencurian.

Linggis juga menjadi bagian dari alat yang digunakan. Semua demi membongkar paksa mesin uang yang kokoh itu.

Setelah berhasil dibongkar, mesin ATM diangkut menggunakan sebuah bajai. Kendaraan roda tiga itu menjadi sarana pengangkut barang bukti kejahatan yang tidak lazim.

Mesin ATM itu kemudian dibawa kabur jauh ke wilayah Malino, Gowa. Ini menunjukkan upaya sistematis untuk menghilangkan jejak dan barang bukti.

Berdasarkan penelusuran lebih lanjut, kerusuhan di kantor DPRD Sulawesi Selatan dan Makassar terjadi sekitar tanggal 29-30 Agustus. Insiden ini menyebabkan kerusakan parah pada infrastruktur negara.

Kedua gedung DPRD tersebut mengalami dampak serius akibat amuk massa. Bangunan hancur dan menjadi saksi bisu keganasan kerusuhan itu.

Hingga kini, sebanyak 53 orang telah ditetapkan sebagai tersangka dalam rangkaian peristiwa ini. Angka ini mencakup keseluruhan pelaku kerusuhan.

Yang memprihatinkan, dari jumlah tersebut, sebelas di antaranya adalah anak di bawah umur. Keterlibatan anak-anak menambah kompleksitas dan keprihatinan pada kasus ini.

Penyidik bertekad untuk memeriksa setiap ponsel milik para tersangka dengan sangat teliti. Ini langkah krusial dalam menelusuri jaringan komunikasi mereka secara mendalam.

Tujuannya adalah memastikan ada atau tidaknya keterlibatan provokator yang menghasut. Atau bahkan, keberadaan seorang dalang utama di balik kerusuhan masif ini.

Dalang yang merancang aksi pembakaran dan penjarahan tersebut. Polisi akan menggali hingga ke akar-akarnya.

Polisi akan terus bekerja keras tanpa lelah. Tidak ada celah yang akan dilewatkan dalam proses penyidikan yang panjang ini.

Kasus ini menjadi prioritas utama pihak kepolisian. Penegakan hukum diharapkan dapat memberikan keadilan dan efek jera bagi semua pihak.

Masyarakat luas menanti kejelasan penuh. Siapa sebenarnya yang menggerakkan massa hingga terjadi aksi brutal dan destruktif tersebut?

Jawaban itu masih terus dicari oleh tim penyidik yang berdedikasi. Penyelidikan akan terus bergulir hingga tuntas dan transparan.

Setiap detail kecil akan diperiksa secara seksama. Demi mengungkap seluruh fakta di balik tragedi yang merusak institusi perwakilan rakyat tersebut.

Komitmen polisi untuk menuntaskan kasus ini tidak goyah sedikit pun. Mereka akan mengejar semua pihak yang terlibat, tanpa pandang bulu.

Baik pelaku di lapangan maupun aktor intelektual di balik layar. Semua akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan hukum.

Share This Article