Taylor Swift Tolak Bersaksi di Tengah Gugatan Hukum Panas Blake Lively dan Justin Baldoni

5 Min Read

ap – Dunia hiburan kembali dihebohkan. Superstar global Taylor Swift dengan tegas membantah telah menyetujui untuk memberikan kesaksian dalam gugatan hukum yang semakin memanas.

Kasus ini melibatkan aktris Blake Lively dan aktor-sutradara Justin Baldoni. Klarifikasi resmi datang langsung dari tim hukum Swift, yang diajukan ke pengadilan.

Surat tersebut diajukan oleh pengacara Swift, Doug Baldridge dari Venable LLP, pada Jumat lalu. Isinya jelas: sang mega bintang tak punya peran material.

Tim hukum Swift menyatakan penyanyi itu “tidak memiliki peran material dalam perkara ini”. Swift baru mengetahui permintaan deposisi Baldoni tiga hari sebelumnya.

Swift juga bersikeras bahwa ia tidak pernah menyepakati untuk memberikan kesaksian. Namun, ada pengecualian jika pengadilan benar-benar mewajibkan dirinya.

Jika dipaksa, Swift hanya bisa meluangkan waktu pada pekan 20 Oktober. Ini dikarenakan jadwal profesionalnya yang sangat padat dan sudah terisi penuh.

Klarifikasi ini muncul setelah kuasa hukum Lively mengajukan permohonan ke hakim. Mereka meminta agar permintaan Baldoni untuk memperpanjang masa pengumpulan bukti ditolak.

Tujuannya adalah untuk menghadirkan Swift. Tim Lively dengan gamblang menyebut langkah Baldoni sebagai “tidak masuk akal”.

Lebih jauh, mereka menuduh tindakan Baldoni semata-mata adalah strategi untuk menarik perhatian media massa. Sebuah langkah yang dinilai tidak etis.

Menurut kubu Lively, upaya serupa sudah pernah dilakukan. Itu terjadi sejak Mei lalu, ketika tim Baldoni melayangkan panggilan kepada Swift.

Panggilan tersebut akhirnya ditarik kembali setelah sempat menimbulkan sorotan publik yang sangat besar. Ini menjadi preseden bagi tindakan terbaru Baldoni.

Kini, tim Lively menilai Baldoni berusaha kembali menyeret nama Swift. Mereka melihat ini tanpa prosedur jelas maupun alasan baru yang sah.

Mereka juga menekankan bahwa Swift bukan pihak dalam perkara utama. Selain itu, ia memiliki jadwal yang padat menjelang perilisan album terbarunya.

Album ke-12 Swift, The Life of a Showgirl, dijadwalkan rilis pada 3 Oktober mendatang. Ini menjadi prioritas utama sang penyanyi saat ini.

Sementara itu, kubu Justin Baldoni memiliki narasi yang berbeda. Dalam surat tertanggal 11 September, mereka menyampaikan klaim mengejutkan.

Surat itu ditujukan kepada Hakim Distrik AS Lewis J. Liman. Pengacara Baldoni, Bryan Freedman, mengklaim Swift sebenarnya “telah setuju” untuk hadir.

Kesediaan Swift untuk bersaksi, menurut Freedman, hanya bisa dilakukan setelah 20 Oktober. Ini lagi-lagi karena kewajiban profesional yang sudah dijadwalkan.

Perdebatan mengenai kesaksian Swift ini adalah bagian dari kasus yang lebih besar. Kasus ini bermula pada Desember 2024 silam.

Saat itu, Blake Lively, 38 tahun, menggugat Justin Baldoni, 41 tahun. Baldoni adalah lawan main sekaligus sutradara film “It Ends With Us”.

Gugatan Lively juga menyeret tim Wayfarer Studios. Tuduhannya meliputi pelecehan seksual dan tindakan balasan atau retaliasi. Sebuah tuduhan serius.

Baldoni sendiri membantah seluruh tuduhan yang dialamatkan kepadanya. Ia menegaskan tidak bersalah dan akan membela diri di pengadilan.

Dalam perkembangan sebelumnya, Baldoni sempat melayangkan gugatan balik yang fantastis. Nilainya mencapai US$400 juta, atau sekitar Rp6,4 triliun.

Gugatan balik itu menuduh Taylor Swift dan aktor Ryan Reynolds ikut menekannya. Mereka disebut memaksanya menerima perubahan naskah film.

Namun, gugatan balik yang sempat menggegerkan tersebut kini telah dicabut. Ini menunjukkan adanya perubahan strategi hukum dari pihak Baldoni.

Insiden ini menyoroti bagaimana figur publik seringkali terseret dalam perseteruan hukum pihak lain. Apalagi jika ada potensi daya tarik media yang besar.

Panggilan deposisi terhadap selebriti seringkali menjadi taktik. Tujuannya bisa jadi untuk menekan lawan, atau sekadar mendapatkan publisitas.

Bagi Taylor Swift, tuntutan hukum seperti ini menambah kerumitan di tengah kariernya yang gemilang. Jadwal tur dan perilisan album sangat ketat.

Tim hukum Swift berargumen bahwa melibatkan klien mereka adalah beban yang tidak semestinya. Apalagi Swift bukan pihak langsung dalam kasus tersebut.

Kasus utama antara Lively dan Baldoni sendiri diperkirakan akan menjadi pertarungan hukum yang panjang dan kompleks. Kedua belah pihak bersikukuh.

Persidangan perkara ini sendiri dijadwalkan berlangsung pada Maret 2026. Jeda waktu yang cukup panjang untuk segala persiapan.

Ini berarti masih ada banyak waktu untuk perkembangan baru dan drama yang mungkin terjadi. Publik akan terus memantau dengan seksama.

Keputusan hakim mengenai permintaan deposisi Swift akan sangat krusial. Ini akan menunjukkan seberapa jauh batas keterlibatan selebriti dapat ditarik.

Apakah Swift akan dipaksa hadir, ataukah pengadilan akan mengabulkan permohonan tim Lively? Pertanyaan ini masih menggantung di udara.

Saga hukum ini menjadi sorotan tajam. Ini adalah perpaduan antara dunia hiburan dan intrik hukum yang sulit diprediksi ujungnya.

Antara tuduhan serius, jadwal padat selebriti, dan strategi hukum, semua mata tertuju pada pengadilan. Menanti babak selanjutnya. (People/Z-2)

Share This Article