Waduk Muara Nusa Dua Kritis, Menteri PU Soroti Sampah dan Sedimentasi Parah Pemicu Banjir Bali

7 Min Read

ap – DENPASAR – Pulau Bali baru saja dilanda bencana banjir besar. Musibah ini meninggalkan duka mendalam bagi masyarakat. Sejumlah wilayah terendam, aktivitas lumpuh total.

Menteri Pekerjaan Umum (PU), Dody Hanggodo, tak tinggal diam. Ia meninjau langsung lokasi kritis pada Sabtu (20/9) sore. Sasarannya adalah Waduk Muara Nusa Dua.

Waduk ini merupakan bagian vital dari aliran Sungai Tukad Badung. Sungai ini dikenal sebagai salah satu jalur air utama di Bali. Kini, kondisinya menjadi perhatian serius.

Peninjauan Menteri Dody bukan tanpa alasan. Waduk Muara Nusa Dua disebut sebagai salah satu pemicu utama banjir. Bencana yang mengguncang Bali bulan ini sangat meresahkan.

Dalam evaluasinya, Menteri Dody menemukan fakta mencengangkan. Tumpukan sampah menggunung di dalam waduk. Kondisi ini memperparah situasi yang sudah ada.

“Itu yang menyebabkan kemarin bencana banjir,” tegas Dody. Sampah bukan sekadar masalah estetika. Ia menjadi salah satu faktor kunci di balik bencana.

Selain sampah, Dody juga menyoroti faktor lain. Hujan lebat dan pasang naik terjadi bersamaan. “Semuanya pada saat yang sama,” ujarnya. Ini menciptakan badai sempurna.

Ketinggian air di Waduk Muara Nusa Dua juga menjadi sorotan. Dody menerangkan, kondisi air sangat tinggi. Ini mengindikasikan sedimentasi yang ekstrem.

“Ini menunjukkan sedimentasinya sudah sangat-sangat tinggi,” kata Dody. Ia menekankan perlunya pengerukan. Langkah ini harus diambil tanpa menunda.

Volume sedimen yang menumpuk tidak main-main. Diperkirakan mencapai ratusan ribu kubik. Jumlah ini tentu memerlukan penanganan khusus.

Namun, pengerukan menimbulkan masalah baru. “Mesti diskusi dengan Pak Gubernur dan Bupati setempat,” jelas Dody. Pertanyaannya, ke mana sedimen akan dibuang?

Menteri Dody sangat peduli pada dampak lingkungan. “Supaya enggak ngerusak lingkungan,” katanya. Keputusan pembuangan harus dipikirkan matang-matang.

Sebelum mengambil tindakan, Dody akan berdiskusi. Ia akan bertemu dengan para pemangku kepentingan di Bali. Koordinasi adalah kunci utama.

Pengerukan Waduk Muara Nusa Dua terakhir kali dilakukan pada 2019. Itu berarti sudah empat tahun lebih tanpa pengerukan signifikan. Kondisi waduk kini kritis.

Pengerukan mutlak diperlukan untuk mencegah banjir berulang. Dody khawatir jika hujan deras lagi. Terutama saat pasang naik.

“Takut nanti kalau hujan deras lagi. Kemudian pas pasang naik, kan enggak bisa buka pintu waduk,” ujarnya. Air tidak bisa dibuang keluar.

Situasi ini akan mengakibatkan genangan air. “Enggak bisa buang air keluar. Takutnya itu sih,” jelas Dody. Potensi banjir besar kembali mengintai.

Untuk jangka pendek, solusi pengerukan sungai menjadi prioritas. “Jangka pendeknya paling iya mengeruk sungai,” kata Dody. Namun, ini adalah pekerjaan harian.

Selain upaya pemerintah, Dody juga menitipkan pesan. “Harapannya masyarakat tidak membuang sampah ke sungai-lah, kira-kira gitu,” imbaunya. Partisipasi warga sangat penting.

Secara struktural, Waduk Muara Nusa Dua dalam kondisi aman. Tidak ada kerusakan berarti pascabanjir. Ini disampaikan langsung oleh Dody.

Namun, masalah utama tetap pada sampah. “Bisa dilihat kan sampahnya sangat-sangat banyak itu di belakang,” ungkapnya. Tumpukan sampah masih jadi ancaman.

Untuk sementara waktu, sampah akan diangkut ke TPA Suwung. “Suwung sedang dibuka lagi sama Pak Gubernur,” jelas Dody. Ini adalah solusi darurat.

Proses pengangkutan ke Suwung akan berlangsung. “Sementara waktu, sampai bulan Desember (2025),” katanya. Ini memberikan sedikit kelonggaran.

Dari hasil pengerukan awal, banyak pasir yang dihasilkan. Dody menyebutnya sebagai temuan signifikan. Pasir ini perlu penanganan khusus.

Pihak kementerian akan berdiskusi dengan Gubernur Bali. Tujuannya adalah mencari lokasi pembuangan pasir yang tepat. Ini demi kelancaran proyek.

Pengerukan ratusan ribu kubik sedimen dan pasir memerlukan waktu. “Perlu waktu lama nih,” ujarnya. Proses ini tidak bisa diselesaikan dalam hitungan bulan.

“Ini bisa setahunan,” kata Dody. Proyek ini akan memakan waktu setahun penuh. Ini menunjukkan skala masalah yang dihadapi.

Untuk kelancaran pengerukan, perlu lokasi pembuangan permanen. “Harus ada titik tertentu yang bisa kita buang selama setahun penuh,” harapnya.

Titik pembuangan yang jelas akan memastikan. “Supaya proses pengerukan ini tidak terganggu,” tegas Dody. Efisiensi adalah prioritas.

Balai Wilayah Sungai (BWS) telah menunjukkan kinerja impresif. Dalam sepekan terakhir, mereka aktif menyaring sampah. Upaya ini patut diapresiasi.

BWS berhasil membuang sekitar 60 ton sampah setiap hari. Ini adalah volume yang sangat besar. Sampah-sampah ini mengalir menuju waduk.

Waduk Muara Nusa Dua memiliki peran vital. Ia berfungsi sebagai pembatas antara sungai dan laut. Fungsinya kini terancam oleh sampah.

“Iya 12 truk per hari,” jelas Dody. Setiap truk diperkirakan mengangkut 5 ton sampah. Totalnya sekitar 60 ton setiap hari.

Pemerintah memaksimalkan semua prasarana yang ada di Bali. Tujuannya jelas. “Agar kejadian banjir kemarin tidak terulang lagi,” ujarnya.

Menteri Dody datang ke Bali khusus untuk koordinasi. Ia bertemu dengan Gubernur. “Untuk koordinasi dengan Pak Gubernur,” katanya.

Sebagian besar masalah bisa terselesaikan dengan diskusi. “Kalau kita banyak diskusi dengan Pak Gubernur,” kata Dody. Kolaborasi sangat penting.

Sebelumnya, banjir besar telah menelan banyak korban jiwa. BPBD Provinsi Bali mencatat data memilukan ini. Bencana ini memang serius.

Total 18 orang tercatat meninggal dunia. Angka ini akibat banjir pada Rabu (10/9). Kehilangan nyawa ini sangat disesalkan.

Bahkan, ada empat orang yang masih dalam pencarian. Mereka dilaporkan hilang. Proses pencarian terus dilakukan.

Kepala UPTD Pengendalian Bencana Daerah BPBD Provinsi Bali, I Wayan Suryawan, merinci. Dua belas korban meninggal dunia berada di Kota Denpasar.

Tiga korban di Kabupaten Gianyar. Dua di Kabupaten Jembrana. Dan satu di Kabupaten Badung. Data ini sangat menyedihkan.

Pengerukan Waduk Nusa Dua adalah langkah krusial. Ini bukan hanya tentang penanganan sampah. Ini tentang masa depan Bali.

Dengan pengerukan, diharapkan banjir tidak lagi merenggut korban. Upaya ini adalah investasi jangka panjang. Untuk keamanan dan kesejahteraan masyarakat.

Pemerintah dan masyarakat harus bahu-membahu. Pemerintah melakukan pengerukan dan koordinasi. Masyarakat menjaga kebersihan sungai.

Semoga dengan semua upaya ini, Bali dapat kembali pulih. Dan ke depannya, bebas dari ancaman banjir yang mengerikan. Ini adalah harapan seluruh warga.

Share This Article